About TYA
Part 29jangan lupa tinggalkan jejak dan spam komennya. Follow juga akun wattpad dan sosmed aku biar ga ketinggalan info.
Di part ini cukup 204komentar!!!!
Jangan lupa kalo ada typo tandai ya.
Happy reading 🧡
༼ つ ◕‿◕ ༽つ
Sesampainya di terminal, Andra menatap sekeliling, mencari keberadaan Elya.
Andra melihat Elya yang bersembunyi dibalik bus, membuat Andra segera berlari mendekat.
"To--"
"Sttt, ini gue," cela Andra dengan menutup mulut wanita itu.
Elya menghela nafasnya lega. Andra menatap wajah Elya yang masih panik. Tatapan itu berhenti pada bagian lengan Elya yang mengeluarkan darah.
"Ini kenapa?"
Elya mengelapnya pelan, luka tersebut karena tembakan yang mereka lepaskan beberapa menit lalu.
Belum sempat Elya menjawab, suara peluru yang ditembakkan ke udara membuat wanita itu menggenggam tangan Andra erat.
"Tenang, ada saya."
Andra sedikit mengintip, anak buah Fahmi semuanya membawa senjata, mungkin kali ini apa yang Elya dapatkan tak main-main, membuat Fahmi mengutus semua anak buahnya.
Andra mengeluarkan pistolnya, menggenggam tangan Elya erat membuat wanita itu menatapnya.
"Dalam hitungan tiga, kita lari, oke?"
Elya mengangguk dengan mempereratkan genggamannya.
"Satu, dua, tiga!"
Mereka berlari keluar dengan Andra yang melepaskan pelurunya.
Suara tembakan itu membuat orang-orang sekitar memilih bersembunyi.
"Kejar!"
"Masuk," titih Andra menyuruh Elya masuk dalam taksi. Sebelum diikuti oleh Andra, pria itu melepaskan pelurunya tempat mengenai satu dari mereka yang berlari mendekat.
"Jalan, pak."
"Ta--"
"Tenang, pak. Anda pasti aman, ikuti perintah saya."
"Baik."
Taksi itu berjalan dengan laju yang cukup cepat sesuai permintaan Andra.
Andra melepaskan dasinya, mengikatkan pada lengan Elya yang terluka. "Seenggaknya bisa memperlambat."
Elya menganggukkan kepalanya.
"Awas!"
Tangan Andra menarik kepala Elya untuk menunduk saat tiba-tiba sebuah peluru menerobos masuk melalui jendela belakang.
Tatapan mereka bertemu, Andra segera membenarkan posisi duduknya. "Enggak papa?"
Elya mengangguk cepat sebagai jawaban.
"Pak, lebih cepat lagi. Dipersimpangan jalan sana, biar saya yang ambil kendali."
"Baik, pak."
Supir itu menuruti, mempercepat laju kendaraannya. Setelah beberapa saat mereka sampai dipersimpangan, supir itu berpindah di sebelah pengemudi dan Andra pindah ke depan lewat cela kursi.
Andra segera memakai sabuk pengamannya. "Kalian nunduk ya, sembunyi. Jangan keluar sebelum saya perintahkan."
Keduanya mengangguk cepat, segera menuruti apa yang dikatakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About TYA
Teen FictionSebelum baca cerita ini, disarankan untuk membaca 'Thank You, Arta!' terlebih dahulu♡(> Dengan awal yang penuh perjuangan, semuanya berjalan hampir sesuai keinginan. Kebahagiaan yang selalu mereka impikan sekarang terlaksana secara perlahan. Namun...