About TYA
Part 31jangan lupa tinggalkan jejak dan spam komennya. Follow juga akun wattpad dan sosmed aku biar ga ketinggalan info.
Di part ini cukup 223komentar!!!!
Jangan lupa kalo ada typo tandai ya.
Happy reading 💚
༼ つ ◕‿◕ ༽つ
Sudah lebih dari satu minggu setelah Feerly pulang dari rumah sakit. Mereka sudah membuat acara seperti biasanya orang tua yang mempunyai bayi, dan Arta pun setuju putrinya diberi nama Binnarclya Anggelita, sesuai keinginan Feerly.
Saat baru pulang dari rumah sakit, Arta menemani istri dan anak-anaknya, dia menyelesaikan pekerjaannya di rumah dengan menjaga keluarganya. Tapi hari ini, pria itu sudah kembali berangkat ke kantor karena banyak tander yang harus dia selesaikan.
Pukul empat sore, Feerly baru selesai merayu Giandra agar mau tinggal karena dia harus menyiapkan makanan dan membersihkan rumah. Saat Feerly sedang berjalan turun dengan mengikat rambutnya, dia menghentikan langkahnya saat melihat suaminya yang sedang menutup pintu.
"Udah pulang?" Tanya Feerly dengan mendekati suaminya.
Arta mengangguk kemudian mencium kening tersebut. Feerly tersenyum tipis saat Arta yang melihat isi rumah yang masih berantakan.
"Maaf ya kak, aku belum sempat beres-beres El bawel banget soalnya. Ini aku mau ma---"
"Sayang," sela Arta dengan mengelus pipi istrinya. Pria itu tersenyum mengangguk, "enggak papa. Cape ya abang El nya bawel."
Feerly mengangguk dengan menggenggam tangan Arta yang mengelus pipinya. "Demam enggak?"
Feerly menggelengkan kepalanya. Keduanya sedang mengkhawatirkan kondisi Giandra, karena semenjak Feerly pulang dari rumah sakit, anak itu bersikap manja, posesif dan selalu iri saat Feerly sedang sibuk dengan adiknya. Itu yang membuat mereka kewalahan, Giandra yang belum bisa terima jika Feerly terus mengutamakan Binnar, itu yang membuat Giandra enggan untuk jauh dari Feerly, bahkan dia tak segan-segan menolak saat Feerly ingin menggendong adiknya.
"Enggak, tadi aku udah minumin dia obat kok."
"Udah, sekarang kamu ke atas gih, cape kan seharian kerja. Aku mau beresin semuanya terus baru masak."
Arta tersenyum mengelus puncak kepala Feerly pelan. "Aku yang beresin, kamu yang masak ya."
"Tapi kak."
"Enggak papa, aku ganti baju dulu sebentar."
Feerly mengangguk pelan membuat Arta mencium keningnya kemudian berlalu pergi.
Arta masuk ke dalam kamar, dia melihat Giandra yang tengah melihat kartun di televisi. Dia berjalan mendekat, kemudian duduk di samping anaknya dengan mengelus rambut tersebut.
"Papah."
Arta tersenyum mendengar itu, "jangan nakal ya, kasian mamah."
Giandra menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Enggak boleh teriak-teriak, enggak boleh nakal sama dede bayi apalagi sama mamah. Kalo mau apa-apa bilang, enggak boleh marah-marah, oke?"
"Sorry."
Arta tersenyum tipis melihat anaknya yang menundukkan kepalanya. "No, sayang. Jangan sedih."
Arta meraih dagu Giandra membuat anak itu menatapnya. "Yang harus Abang tau, kalo papah sama mamah itu sayang sama kamu. Enggak dibeda-bedain, oke?"
Giandra mengangguk cepat dengan menyodorkan jari kelingkingnya, "Abang janji."
KAMU SEDANG MEMBACA
About TYA
Teen FictionSebelum baca cerita ini, disarankan untuk membaca 'Thank You, Arta!' terlebih dahulu♡(> Dengan awal yang penuh perjuangan, semuanya berjalan hampir sesuai keinginan. Kebahagiaan yang selalu mereka impikan sekarang terlaksana secara perlahan. Namun...