Hari harus terus berjalan seperti biasanya. Dengan kita berhenti untuk melangkah waktu tidak akan ikut berhenti berlalu. Semakin kita diam banyak waktu yang terbuang sia-sia.
Memang semua jalan hidup terkadang tidak sesuai yang kita inginkan, tidak akan selalu tenang. Ada masalah yang selalu menunggumu dan dia juga menanti caramu menyelesaikannya. Bahkan masalah akan sedih jika kamu hanya diam tidak mau menghadapnya.
Tasya, ya gadis itu masih belum pulang kerumah dan belum berangkat sekolah seperti biasanya. Gadis itu tinggal di sebuah petak rumah kecil dengan harga sewa yang murah. Dia dapatkan uangnya hasil dari menjual perhiasan yang menempel di tubuhnya.
Bukan kabur. Tapi, rasanya sangat canggung saat tau semuanya dan harus tinggal dengan orang yang seketika hanya orang asing baginya. Dirinya memutuskan tidak berangkat sekolah karna dia merasa takut dengan orang-orang di sekitarnya.
Rasa itu muncul ketika orang-orang menatapnya dan terlihat sangat asing bagi Tasya. Dia hanya sibuk datang ke makam ke dua orang tuanya. Dia sering bercerita kepada keduanya, menghabiskan waktu mengobrol dengan batu nisan.
Pagi ini Tasya sudah bersiap akan pergi ke makam kedua orang tuanya. Dia tersenyum sangat bahagia. Dengan berjalan kaki menuju makam, ingin menaiki kendaraan umum tapi dia tidak ada uang untuk itu.
Sesampainya di makam itu Tasya duduk di tengah. "Ayah, Bunda bangun udah pagi" ucap Tasya dengan senyum bahagia.
"Kalian engga mau main sama Tasya?" ucap Tasya lalu tertawa. "Engga, Tasya bercanda" ucapnya sembari tertawa. Tawanya terlihat begitu tulus. Dia senang bisa bersama kedua orang tuanya lagi.
"Tasya ada cerita, dengerin ya Ayah Bunda" ucap Tasya lalu mulai bercerita dengan serius.
***
"Tasya? Dia tidak berangkat lagi?" tanya guru yang sedang mengisi absensi.
Semua murid terdiam dan hanya saling memandang. "Temannya Tasya mana? Tau Tasya dimana?" tanya guru tersebut.
Jeni, Gladis, dan Mawar hanya terdiam dan saling memandang. "Tasya beberapa hari ini tidak pulang ke rumah, orang tuanya juga mencarinya" ucap Jeni dengan wajah sedih.
"Kabur?" tanya Guru tersebut heran.
"Ga tau Ibu" balas Jeni.
"Oke, mari kita lanjutkan pelajaran"
"Biasa lah gadis kaya gitu, paling kabur sama cowo" nyinyir siswi yang lain.
Mata Mawar melotot. "Jangan asal ngomong ya, lu tau apa soal Tasya" ucap Mawar tidak terima.
"Emang, lu temennya sendiri tau Tasya kemana? Ga tau kan? Udah lah gadis modelan kaya gitu, gadis ga bener" ucap Siswi itu semakin nyolot.
"Nanti pulang-pulang udah bunting" timbal siswi yang lain.
"Bibir lu di jaga ya, itu mulut kaya ga pernah di sekolahin, kasian emak lu sekolahin tinggi-tinggi tapi mulut ga tau diri" ucap Mawar semakin kesal ingin sekali dia menghabisi siswi itu sekarang juga.
"Ada ribut-ribut apa di belakang?" tanya guru tersebut sembari melempar spidol.
"Kalau ga bener ya ga usah marah lah" ucap siswi itu semakin membuat Mawar semakin marah.
"Udahh War" ucap Gladis memberi sabar.
"Awas lu pulang sekolah" ucap Mawar melotot ke arah siswi tersebut.
Sepulang sekolah teman-teman Tasya datang ke rumah memastikan gadis itu sudah pulang atau belum. Mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi. Setiap mereka tanya alasan pasti jawaban Arman hanya bilang Tasya mungkin ke rumah neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafu [ Lembaran Baru]
Teen FictionJangan lupa folollow, comen Dan vote.. 😘 Kritik Dan pesan saya tunggu... ☺ Cinta diujung tanduk.. Rangga & Tasya Kejadian itu Adalah hal yang paling buruk . Ciuman manis kini tidak dirasakan Tasya lagi.. 😢