Tasya sudah buru-buru mengigit rotinya. Ia beranjak pergi setelah tau Ayahnya sedang menelpon calon menantunya itu di pojok teras.
"Ayah ngak kerja?" tanya Tasya sembari mengigit roti tawar dan secepat mungkin memakai sepatu.
Arnan menoleh lalu tersenyum. Ia langsung memegang tangan anaknya ini. Terasa ia sudah tau anaknya akan kabur. "Ngak, Ayah kan masih ambil cuti" ucap Arnan tersenyum.
"Hah? Cuti apa? Ayah kan nga--"
"Ngak usah banyak tanya. Habisin rotinya dulu sama minum susu, nanti Rangga datang anterin kamu" ucap Arnan tersenyum melihat Tasya menelan selavinanya susah payah.
"Ngak mau, Tasya bisa berangkat sendiri. Lagian kenapa sih, Tasya harus di jodohin. Ini ngak adil!" ucap Tasya dengan bibir cemberut.
Arnan menarik nafas sabar, ia tau yang ia lakukan ini termasuk penekanan terhadap Tasya. Lagian Tasya masih anak sekolah, memang sudah tidak wajar memaksa menikah saat umurnya masih muda.
"Udah nurut aja ya" ucap Arnan mengelus kepala putrinya ini.
"Om" sapa lelaki wangi, tinggi, rapi, dengan senyum manis menghampiri Arnan dan Tasya yang masih duduk di teras.
"Om! Saya bisa berangkat sendiri. Om balik aja sana" usir Tasya dengan gayanya yang songong. Mendapat cubitan di pahanya.
"Anterin anak Om ya. Om capek ngurusin dia" ucap Arnan mendorong tubuh Tasya. Tasya berdecak kesal. Tubuhnya terus di dorong untuk naik ke mobil Rangga.
"Dada Tasya, putri kecil Ayah" ucap Arnan melambaikan tangan ke arah Tasya yang terus menahan amarahnya.
***
Tasya menatap cowok itu dari samping, ia tidak sangka cowok yang ia marahi di cafe kini ia harus satu mobil dan duduk berdampingan. "Apa liat-liat"
"Iss GR!" ucap Tasya lalu membuka buku catatan nya. Ia membulatkan matanya dan terus membolak-balik buku catatan nya terlihat gelisah.
Rangga menatap sekilas lalu kembali terfokus. "Sial banget sih Gw!" gerutu Tasya ia mengacak wajahnya frustasi.
Tasya terus disibukan dengan bukunya itu. Ia mengerjakan disepanjang perjalanan menuju sekolah. Hingga Rangga menghentikan mobilnya mendadak membuat Tasya terjengkang.
"Ngerem itu pelan-pelan! Bisa ngendarain mobil ngak sih!" tegas Tasya. Ia menatap Rangga tajam. Suasana hatinya sedang sangat buruk dengan tugas sekolah yang belum ia kerjakan.
"Terserah Gw! Mobil-mobil Gw ini" ucap Rangga santai ia menyenderkan kepalanya kepintu mobil.
"Sombong" umpat Tasya yang kembali terfokus mengerjakan.
Rangga melihati Tasya dari atas sampai bawah, sedikit mengerutkan keningnya bingung. "Woy" ucap Rangga sembari menendang kursi mobil yang di duduki Tasya.
Tasya menoleh dengan sorot mata tajam. "Apa!? Lu ngak mau turun!?" tegas Rangga kembali menatap Tasya tajam.
Tasya menoleh di sekitar, ternyata sudah sampai. Kenapa begitu cepat padahal dia belum selesai mengerjakan tugasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafu [ Lembaran Baru]
Ficção AdolescenteJangan lupa folollow, comen Dan vote.. 😘 Kritik Dan pesan saya tunggu... ☺ Cinta diujung tanduk.. Rangga & Tasya Kejadian itu Adalah hal yang paling buruk . Ciuman manis kini tidak dirasakan Tasya lagi.. 😢