Part 18

27 3 1
                                    

Rasanya ingin menghilang dari hadapan semua orang. Tasya yang baru saja turun dari mobil Rangga sudah menjadi sorot pandang semua warga sekolah yang ada di depan gerbang sekolah.

"Arrgghh." Kesal Tasya menarik nafas dalam-dalam. Dia malu karna baju yang dia kenakan itu baju milik Rangga. Ukuran tubuh Tasya dan Rangga sangat jauh berbeda dan itu terlihat mencolok.

"Jangan sampai kotor!" Tegas Rangga lalu mengelap Hoddie yang Tasya kenakan.

Tasya terpaksa memakai baju milik Rangga untuk pergi ke sekolah karna baju seragamnya belum kering dan hari ini ada jadwal praktek olahraga. Ya, menguntungkan juga, Tasya jadi tidak usah menunggu seragamnya kering.

"Lu mau jadi boneka mampang?" Tanya Mawar yang secara misterius sudah ada di bekalang Tasya dan menepuk bahunya sembari tertawa terbahak-bahak.

"Diem deh lu!" kesal Tasya tak terima dirinya disamakan dengan boneka mampang yang memiliki bola mata besar. Tasya meninggalkan Mawar begitu saja dengan muka cemberut. Sedangkan gadis berambut panjang dibiarkan terurai itu masih tertawa, akhirnya ikut menyusul Tasya masuk kedalam sekolah.

Tasya menundukkan kepalanya saat masuk ke dalam kelas pasal dia malu, apalagi teman-temannya langsung tertawa.

"Sa, lu kemarin kemana? Nyokap lu nyariin" ucap Jeni yang ikut duduk di samping Tasya.

Yang di tanya tidak kunjung memberi jawaban. Tasya masih terdiam dengan wajah cemberut. "BTW lu engga pakai baju olahraga?" tanya Jeni yang melihat Tasya hanya menggunakan kaos oblong putih.

"Iya, gw semalem kaga pulang kerumah, gw tidur di rumah Rangga" ucap Tasya sembari melipat hoddie kesayangan milik pria itu.

"Oalah, jadi ini baju om lu? Si Gladis tau ga soal lu nginep?" tanya Jeni semakin kepo. Tasya mengerutkan keningnya dan menatap Jeni heran.

"Ya ga tau kok tanya saya" ucap Tasya lalu berdiri dan berjalan keluar menuju lapangan. Disusul Jeni dan kawan-kawan.

Semua siswa berbaris di lapangan dengan rapi. Mereka melakukan pemanasan terlebih dahulu. Sorak hitungan yang mereka lontarkan terdengar keras memenuhi lapangan.

"Pagi anak-anak" ucap guru olahraga yang berbadan tinggi dan besar.

"Pagi pakk" sorak semua siswa.

"Sekarang kalian ambil bola basket buat berkelompok satu kelompok empat anak" perintah Pak Joko guru olahraga tersebut.

"Baik pak." Semua siswa langsung mencari kelompok masing-masing. Kelompok Tasya yang terdiri dari circle sendiri.

Semua membentuk formasi saling melempar bola dengan gaya berbeda-beda. "Tangan lu aman?" tanya Jeni yang hendak melempar kearah Tasya.

"Aman, udah lempar aja" ucap Tasya siap menangkap bola. Tasya menarik nafas menahan sedikit rasa sakit di pergelangan tangannya.

Hingga jalanya ulangan praktek olahraga telah selesai. Gadis yang memakai celana training dan kaos putih itu masih berteduh dibawah pohon sawo. Dia mengibas-ibaskan tangannya mencari angin untuk menyejukkan. "Tasya?" tanya seseorang yang menghampirinya.

Gadis itu mendongak menatap keatas melihat cowok tampan dihadapannya berasa mimpi. Dia tersenyum lebar dirinya merasa berada dalam dongeng yang indah. "Hallo?" ucap pria itu lagi menyadarkan Tasya.

"Ehh iya, kenapa?" tanya Tasya langsung berdiri. Tapi, sikap terburu-burunya membuat dia hampir jatuh karna kaki yang belum pulih sempurna.

"Duduk aja kalau cape" ucap pria itu lalu menyuruh Tasya duduk. Dia juga ikut duduk dibawah pohon sawo. Apa kisah mereka akan dimulai dari pohon sawo?

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang