Part 25

14 0 0
                                    

Waktu berjalan seperti biasanya. Rutinitas Tasya yang sekolah lalu di jemput Om erik atau Rangga dan dia masih tinggal bersama mereka.

Kedekatan Rangga dan Tasya semakin membaik setiap harinya. Dimana Rangga selalu meluangkan waktunya untuk pergi berdua sekedar mengobrol dan saling bertukar pikiran.

Seperti pagi ini. Tasya yang membantu Maya beberes rumah dan sebagainya. Obrolan mereka di mulai saat Maya menanyakan kapan Tasya lulus sekolah. Tasya tersenyum. Dia akan lulus dua bulan terakhir ini.

Hingga seorang bayi besar datang ke dapur dan memeluk Maya erat. "Mama" ucap Rangga manja. Dia terlihat tidak enak badan.

Tasya baru tahu jika Rangga tidak berangkat kerja. Biasanya Rangga akan berangkat pagi sekali, hingga Tasya jarang bertemu di setiap pagi.

"Kenapa? badan kamu itu berat" ucap Maya lalu memegang kepala Rangga.

Pria itu berbisik di telinga Maya. Maya tertawa pelan lalu mengelus punggung Rangga. "Ayok" ucap Maya lalu membalikan badan Rangga segera mengikuti kemauan anaknya itu. Sebelum pergi Maya memberi kode agar Tasya melanjutkan pekerjaan sendiri.

"Keliatannya aja laki padahal mie rebus" ucap Tasya lalu kembali membereskan dapur.

Suara ketukan pintu depan membuat Tasya menghentikan aktivitasnya. Berjalan sedikit cepat ke arah ruang tamu. "Iya, sebentar" ucap Tasya sembari membuka pintu.

Pelukan erat langsung mendarat di tubuh Tasya. Maria, Ibu sambungnya yang lumayan lama tidak bertemu. Mereka datang untuk bertamu.

Arman yang masih sedikit ragu menatap Tasya. "Ayo masuk, Ma, Ayah" ucap Tasya mempersilahkan mereka masuk.

"Bentar, Tasya panggil Om Erik sama Tante Maya" ucap Tasya lalu berjalan menuju dalam.

Maria terlihat sangat rindu dengan Tasya yang kini tumbuh semakin besar. Dia terus menatap Tasta tanpa henti. Tidak lama Erik dan Maya menemui mereka. Merek duduk dan saling mengobrol.

"Jadi, kedatangan kami kemari mau menjemput Tasya pulang ke rumah" ucap Arman membuat Maya dan Erik terkejut.

Tasya juga sangat terkejut dengan pernyataan itu. "Kami engga izinin Tasya pulang ke rumah kamu Arman" ucap Maya langsung menggenggam tangan Tasya.

"Aku minta maaf banget atas kejadian beberapa bulan lalu, aku janji itu engga bakal terulang lagi" ucap Arman memohon kepada Maya.

Tasya hanya bisa diam melihat orang tua saling meributkannya. Dia menatap mata Maria yang sangat berharap dia kembali ke rumah dan Ayahnya yang kini terlihat begitu menyesal atas perlakuannya.

"Udah, Ma" ucap Erik menenangkan Maya yang ngotot tidak mengizinkan Tasya di ambil. "Mereka lebih berhak bawa Tasya, karna hak asuh ada di mereka, Tasya juga udah besar" ucap Erik mencoba merelai.

"Tasya pasti trauma, iya kan?" ucap Maya ingin mempertahankan Tasya. Gadis itu terdiam sebentar lalu menatap mata Maria.

"Benar kata Om Erik, Tasya sekarang udah besar, Tasya tau mana yang harus Tasya pilih, sebenarnya Tasya kangen tinggal sama Mama, Tasya juga makasih sama Tante udah baik banget sama Tasya. Tapi, gimanapun Tasya dari dulu sama Mama, Tasya pingin pulang" ucap Tasya lalu memeluk Maya untuk meminta maaf dan berterimakasih atas semuanya.

"Tapi, Ayah kamu jahat" ucap Maya masih meyakinkan Tasya agar tetap tinggal bersamanya.

"Tasya emang takut sama Ayah, tapi Sekarang Ayah bolehin Tasya pulang" ucap Tasya memohon pada Maya agar berlapang hati memulangkannya.

"Udah, Ma, Tasya masih bisa main ke sini, dia juga bentar lagi jadi menantu kita" ucap Erik lalu memeluk istrinya agar berhenti dari isak tangis.

Arman sedikit terkejut dengan pernyataan Erik barusan. "Rangga sama Tasya jadi?" tanya Arman penasaran. Erik mengangguk. Maria dan Arman saling berpandangan dan tersenyum.

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang