Rangga menyeret tangan Tasya untuk segera masuk ke dalam rumah setibanya. Dia lalu menutup pintu dengan tekanan. "Sekarang marah-marah" ucap Rangga memerintah, tapi yang di perintah hanya diam menatap Rangga takut.
"Di biasain kalau di luar ga usah banyak bicara kaya tadi, udah capek marahnya?" tanyanya masih tetap menatap Tasta intens. Rangga mendorong tubuh Tasya hingga terduduk.
"Sekarang gantian gw yang ngomong." Rangga berjongkok di hadapan Tasya. "Mau sampai kapan lu bakal sembunyi dari semua fakta ini? Engga kasian sama diri lu? Diri lu itu butuh di melasi, tapi lu nya sendiri selalu sok" ucap Rangga begitu sampai di hati gadis yang sekarang hanya terpaku menatap mata Rangga.
"Gw tau! Gw cuman butuh waktu atau mereka ga usah tau selamanya" ucap Tasya terlihat bingung harus melawan dengan kata-kata seperti apa.
"Bodoh! Apa sebenarnya lu terima perjodohan ini bukan karna gw? Tapi karna diri lu butuh dikasihani? Ga ngerti lagi gw ..."
"Iya, gw cuman kasian sama diri gw kalau hidup sendiri, dari awal perjanjian antara kita juga karna lu mau buat seneng nyokap lu, jadi kita impas" ucap Tasya dengan suara lantangnya.
"Gw kira lu berubah, selama ini orang tua gw baik sama lu, tapi lu kaya setan!" ucap Rangga bangkit dari posisinya. Dia mengacak wajahnya asal. "Semakin lu kaya gini, gw ga respect sama lu" balas Rangga lalu meninggalkan Tasya di ruang tamu. Dia berjalan menuju kamarnya dan menutup pintu begitu keras.
Gadis itu masih terdiam. Dia menghapus air matanya yang mengalir, lelah rasanya dari tadi menahan air mata. Tasya mengusap terus air yang membasahi pipi bulatnya. Sesekali dia tersedak dengan tangisnya.
"Bukannya lu sendiri juga ga beneran suka sama gw, lu cuman kasian, kenapa lu malah balikin fakta?" gumam Tasya. Dia melihat ke arah pintu kamar Rangga lalu bangkit menghampirinya.
"Minta maaf, gw salah" ucapnya lalu mengetuk pintu. "Sekarang udah ga ada gunanya juga gw berulah, semua orang udah tau kalau lu calon suami gw" teriak Tasya lalu di akhiri tangis.
"Buka, maafin gw" ucap Tasya kembali mengetuk pintu dengan menundukkan kepalanya. "Lu sekarang suka sama gw?" tanya Tasya lalu kembali mengetuk pintu kamar pria itu.
"Gw mau ngomong sesuatu" imbuhnya lalu membalikan badan dia membelakangi pintu dan terjongkok. "Gw suka sama lu, tapi gw sadar diri kalau lu terlalu sempurna buat gw" ucap Tasya sembari mendongakkan kepalanya agar air matanya masuk kembali.
"Gw denger percakapan lu sama Gladis, kalau lu kasian sama gw dan mau nikahin gw karna itu, jadi gw ngerasa bersal ..."
"Lanjutin" pinta pria itu sembari membuka pintu membuat Tasya terjengkang ke belakang.
"Akhh, gapapa" balas Tasya lalu bangkit. Dia mengusap pantatnya yang terasa linu.
"Suka sama gw?" tanya Rangga. Gadis itu tersipu malu, pipinya merah merona.
"Gw laper" ucap Tasya mengalihkan pembicaraan. "Cari makan di luar? Apa gw yang masak?" tawar Tasya sembari menunjuk dapur dan bertingkah seperti salting.
"Jawab dulu" tuntut Rangga lalu memperdekat jarak di antara mereka. Tasya terpentok di tembok. Dia menatap mata Rangga ragu.
"Gw juga suka sama lu" ucap Rangga tepat di wajah Tasya hingga hembusan nafas pria itu sungguh terasa menabrak pori-pori wajahnya.
"Iya" balas Tasya yang sangat bingung harus menjawab apa.
Seketika suhu ruangan di sana menjadi dingin. Mereka berdua merasakan canggung. Rangga memutar badannya dan berjalan menuju dapur.
"Masak aja" ucap Rangga terlihat juga sedikit salting. Pria itu menarik kursi meja makan dan duduk sambil memakan keripik yang ada di meja.
Tasya tersenyum malu. Dia membuka lemari pendingin dan mengambil beberapa sayur dan bahan makanan lainnya. Hatinya terlihat begitu senang. Dia mulai memasak hidangan yang dia bisa.
Sesekali mereka berdua curi-curi pandang. Seperti anak remaja sedang di mabuk cinta. Rangga menahan sebisa mungkin senyumnya yang ingin merekah di bibirnya. Sebisa mungkin dia memasang muka konsistennya yaitu datar.
Sedang sibuk Tasya menyiapkan makan di meja, orang tua Rangga pulang dari acara mereka. Maya melihatnya sedikit heran. "Lihat apa ini simulasi?" tanta Maya sangat gembira. Dia mendekat, berlarian kecil menghampiri. Sedikit terkejut sisanya bahagia.
"Kalian sangat cocok" ucap Maya begitu antusias. Dia melihat hidangan yang di buat Tasya. "Terlihat masakan penuh cinta" imbuh Maya kegirangan.
"Ehemm, cuman masakan biasa, Tante, Om, ayo ikut makan" ucap Tasya bergegas mengambil piring lagi.
Terlebih dulu tangan Maya menghentikan. "Om sama Tante udah makan tadi di acara, kalian makan berdua aja" ucap Maya lalu menoleh ke arah Erik yang terlihat senang melihat istrinya begitu ceria.
"Jadi calon istri yang baik, nasi buat suaminya di ambillin" ucap Maya memerintah Tasya untung melakukannya.
Gadis itu sedikit bingung. Tapi, dia teringat beberapa drama yang dia tonton. Langsung saja dia mengambil piring dan memberinya nasi. "Mau lauk apa, mas?" tanya Tasta begitu gugup.
"Gw bisa ambil sendiri, makasih" jawab Rangga di luar ekspetasi. Maya mengelus dada sabar.
"Mungkin kalian malu-malu, Om tinggal ya" ucap Erik mengerti kondisi anaknya saat ini. "Ayo, ma" ajak Erik lalu menuntun istrinya meninggalkan dapur.
Kini tersisa mereka berdua. Mereka saling pandang. Tasya merasakan gugup yang luar biasa. "Semoga suka" ucap Tasya lalu menunduk kembali.
"Jadi, sekarang kita fiks jadian?" tanya Rangga. Gadis itu mengangkat kepala lalu mengangguk malu.
Rangga menghembuskan nafas dalam. "Bagus kalau begitu" ucap Rangga lalu mengambil lauk. Dia mengamati Tasya yang masih terdiam. "Ganti baju! Gw ga mau anak-anak gw punya Ibu pemalas" ucap Rangga sembari menggigit ayam goreng.
Tasya tercengang seketika. Baru saja mereka resmi jadian, Rangga malah menyinggung Tasya. "Apaan sih!? Gw mau sekalian mandi kali" ucap Tasya lalu berdiri dengan kesal. Dia tidak terima dikatakan malas.
"Sekarang lu calon istri gw, jadi harus nurut sama kata-kata gw, oke? Oke" ucap Rangga sangat puas. Tasya terlihat begitu kaget. Dia mengepalkan tangannya.
Langkahnya kembali menuju Rangga. Sedikit pukulan yang terdengar nyaring di bahu Rangga. "Jangan mentang-mentang lu jadi calon suami gw, berani atur-atur gw!" ucap Tasya lalu pergi dengan langkah yang memburu.
Rangga mengelus-elus bahunya. "Liat aja sampai lu macem-macem di luar sana" ucap Rangga lalu melanjutkan makannya.
Haiii
Apa Rindu? Ahkk, mana mungkin ::)
Gimana? Mulai baikan nihh
Penasaran ga reaksi temennya besok? Ayolahh penasaran
Jangan lupa jejak akak ::
Ketemu di part selanjutnya
Salam Tata 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafu [ Lembaran Baru]
Ficção AdolescenteJangan lupa folollow, comen Dan vote.. 😘 Kritik Dan pesan saya tunggu... ☺ Cinta diujung tanduk.. Rangga & Tasya Kejadian itu Adalah hal yang paling buruk . Ciuman manis kini tidak dirasakan Tasya lagi.. 😢