Part 26

13 0 0
                                    

Gerbang sekolah sudah di penuhi para siswa yang mulai berdatangan untuk melakukan kewajibannya. Begitupun dengan Tasya yang kini di antar oleh Rayen naik motor metik. Wajah gadis itu sangat lesuh karna rambutnya berantakan terkana helm.

"Di iket aja, lagian lu sekolah apa mau fashion?" tanya Rayen lalu memberikan Tasya ikat rambut.

Gadis itu terpaksa menerimanya karna dia sudah tidak percaya diri dengan bentukan rambut yang seperti singa. "Pulang gw jemput" ucap Rayen terlihat bersemangat.

"Ga usah, gw naik bis" ucap Tasya gelagapan. Dia sudah ada janji dengan Rangga, mereka akan jalan setelah pulang sekolah.

Rayen menatap Tasya heran. "Pokoknya gw jemput" kekeh Rayen lalu memberikan Tasya helm agar dia bawa masuk.

"Engga usahh" ucap Tasya terus menolak. Dia tidak mau abangnya tau tentang perjodohan ini.

"Diem! Sana masuk sekolah yang bener" ucap Rayen lalu pergi meninggalkan Tasya.

Gadis itu menghela nafas panjang. Dia berjalan menuju gerbang. Belum sampai gerbang, pundaknya ada yang menepuk. "Sa, tadi siapa? Pacar lu?" tanya seorang gadis yang tidak asik bagi Tasya.

Dia menoleh ke sumber suara. "Bukan" balas Tasya membenarkan. "Bukan pacar gw, War" imbuh Tasya ingin memperjelas.

"Terus siapa? Lu mau bohong lagi? Engga sangka lu main api di belakang calon suami lu" ucap Mawar yang dari beberapa hari tidak suka dengan Tasya karna kejadian waktu itu.

"Gw bisa jelasin, semua engga seperti yang lu kira" ucap Tasya berusaha menjelaskan.

"Gw kecewa sama lu, semenjak lu bohongin gw, gw temen lu kan?" ucap Mawar menatap Tasya. Dia menepuk bahu Tasya lalu pergi masuk ke dalam sekolah.

Tasya masih terdiam. Dia tidak sangka Mawar sangat marah. "Jeni" sapa Tasya melihat gadis berikat dua itu menyebrang. Jeni mendekat ke arah Tasya.

"Mawar marah banget sama gw ya?" tanya Tasya kepada Jeni.

"Mungkin, tau lah Mawar kaya gimana, dia ga bisa di bohongin sama temen." Jeni memperjelas.

"Lu engga marah sama gw?" tanya Tasya pada Jeni. Jeni menggeleng, dia lalu merangkul Tasya.

"Gw tau kok di posisi lu, pasti lu sock karna tiba-tiba di jodohi " ucap Jeni tersenyum mereka berjalan bersama memasuki gerbang sekolah.

"Jeni" panggil Alan dari kejauhan. Dia berlari menghampiri Jeni.

Pipi Jeni seketika memerah. Dia menatap Alan yang pagi ini terlihat tampan dengan seragam basketnya. Dia memakai kaos tanpa lengan, dimana dada bidang Alan sangat terlihat dan mudah di akses semua mata.

"Mau nonton aku tandingan engga?" tanta Alan sembari menunduk, menyamakan tinggi dnegan Jeni. Gadis itu mengangguk.

"Nanti jam sembilan, jangan lupa ya" ucap Alan lalu mengelus kepala Jeni. Dia lalu pergi sembari melambaikan tangan.

"Mau sekarang, jam sembilan itu lama" ucap Jeni yang masih terpesona dengan ke indahan Alan.

"Waktunya belajar, ayoo ... keburu bel" ucap Tasya yabg susah payah menyeret Jeni yang masih di luar akal sehatnya.

***

Di kelas Mawar masih diam. Dia memandang kursi sebelahnya yang kosong. Galdis sudah keluar, dia ikut dengan orang tuanya keluar kota dan melanjutkan sekolahnya di sana.

"Mawar, lu mau ikut nonton basket engga?" tawar Jeni menghadap kebelakang.

"Engga, gw mau ke kantin makan" ucap Mawar lalu memutar wajah Jeni agar kembali menghadap papan tulis.

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang