Part 11

44 9 2
                                    


Gadis itu terus menatap kedua orang tua nya intens. Apa yang sebenarnya di katakan Rangga? Dia jadi kepikiran. Bahkan memang benar dari dirinya tidak ada yang mirip. Ah, orang tuanya kan pernah bilang jika dia mirip eyang meski tidak pernah bertemu.

"Kamu ini kenapa?" Arman mengangkat dagunya. "Kamu kepikiran soal kamu melakukan itu dengan Rangga?" tanya Arman membuat Maria mencubit paha suaminya keras.

"Akhhh ..."

"Itu?" Tasya memutar matanya jengah. Oh, baru tahu dia dipikiran orang tuanya tentang kemarin malam. "Ais! Tasya enggak ngelakuin apa-apa!" tegas Tasya sembari berdiri dan menenteng kedua tangannya.

"Ayah sih enggak keberatan kamu dengan Rangga, kalian kan calon suami istri mungkin butuh perkenalan." mulut Arman ini memang minta di pidana saja.

"Ayah!" peringati Maria dia reflek menjitak kepala suaminya.

Tasya mengambil tas sekolah dan sepatu. Dia membuang muka lalu masuk kedalam. "anak itu semakin dewasa" ucap Arman di ikuti ketawa.

"Ta-tapi, jangan keterlaluan seperti itu, dia juga putri kita." Istri yang baik, selalu mengingat kan suami agar tidak terlalu melenceng.

Gadis itu cukup hanya duduk di depan meja belajarnya dimana pensil yang sudah seimbang di antara mulut dan hidung gadis itu.

"Aggrrhhhh ... susahhh" teriak histeris Tasya menatap semua tugas-tugas sekolahnya. "Enak kawin emang deh" ceplos Tasya. Dia buru-buru menabok jidatnya. Sadar! Menikah itu tidak semudah memiliki dan menafkahi!

Tasya kembali terfokus di depan rumus-rumus matematika dimana X dan Y berkolaborasi didalamnya. Matanya memejam merenungkan rumus aji-aji. "Jurus coret-coret." Nekat Tasya langsung mencoba menyilang silang lembar jawab itu.

"ASTAGFIRULLAHALLAZIM!" teriak Tasya kaget melihat kepala yang sudah ada di depannya. Konyolnya wajah itu malah tersenyum membuat Tasya reflek menampar wajah rupawan itu.

"Ngapain sih lu!?" kesal Tasya dia menatap mata cowok itu yang masih sibuk mengusap pipinya.

Cowok itu menyonyor dahi Tasya. "Sekolah itu otak dipakai!" ucap Rangga lalu berkacak pinggang.

Tasya membuang muka malas sekali dengan cowok ini. Siapa juga yang mengizinkan dia masuk!? Tidak sopan-tidak sopan!

"Oh ya, gw kok enggak bisa suka sama lu ya?" tanya Rangga sembari menatap yang lain.

"Eh! Gw juga enggak pernah suka sama lu! Malah enggak akan pernah suka dan gw enggak berharap lu suka sama gw!" Gadis itu berbicara sangat mantap

Rangga hanya tertawa lepas. Gadis ini memang benar-benar keras kepala. "Belajar yang bener! Gw enggak mau anak-anak gw bodoh!" ucap Rangga lalu berjalan keluar dan menutup pintu kamar Tasya pelan.

Tasya mengamati punggung cowok itu sembari mengeram geram. Ingin sekali dia membalas dendam perkataan Rangga tapi selalu saja susah.

"Awas lu ya, gw bejek-bejek!"

"Lagian ngapain juga itu cowok? Emang dia enggak kerja apa? Emang bandara libur? Aneh!" Tasya membalikan badan menghadap lagi soal-soal itu.

"Anjir! Apa maksudnya nempelin permen karet di buku gw!?" matanya memburu merah. Dia sangat-sangat kesal.

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang