Gadis itu berjalan kaki menuju rumahnya. Dengan lesuh dia membuka sepatu sesampainya depan rumah dan meletakkan sepatunya di luar.
"Ma, Ayah, Tasya pul--" ucapan Tasya terhenti saat melihat kedua orang tua nya berdandan rapi layaknya akan pergi.
Gadis itu mengeryitkan keningnya heran. Dia lalu menengok jam tangannya yang menunjukkan pukul empat sore. Mungkin orang tua nya akan menghadiri pesta sore, atau sejenisnya.
"Mandi cepetan" pinta Maria mengelus kepala Tasya.
"Mau kemana, rapi banget?" tanya Tasya heran.
"Tinggal mandi susah banget" ucap Arman lalu mendorong putrinya untuk lekas masuk ke kamar dan mandi. Tasya menurut begitu saja. Dia teringat ucapan Rangga barangkali memang dia pernah membuat orang tuanya kecewa.
Maria dan Arman menunggu di ruang tamu sembari berbincang. Tasya yang sudah selesai memaki baju biasa membuat kedua orang tua nya melotot tidak suka.
"Tasya, kok pakai baju itu" ucap Maria melihat anaknya memakai celana pendek dan hodie.
"Emang mau kemana sih, Ma? Tasya harus ikut?" Protes Tasya dia mengambil henpone di kantong lalu melihat wajahnya di layar hitam itu.
"Tasya ganti baju" ucap Maria lalu menuntun anaknya untuk kembali masuk kamar.
Maria membuka lebar lemari Tasya melihat semua baju Tasya. Gadis itu hanya duduk di kasur melihat Mamanya sedang mencari yang cocok untuknya.
"Nah, ini bagus" ucap Maria lalu memberikan pada Tasya.
"Pakai ini" ucap Maria memberikan dress biru langit. Tasya menerimanya tanpa penolak kan.
Tidak lama gadis itu memakai dress. Dia langsung dituntun untuk duduk di meja rias. Maria membuka ikat rambut Tasya mensisiri membiarkan rambut Tasya terurai. Sedikit make up muka Tasya agar terlihat lebih segar.
"Kan cantik" ucap Maria tersenyum. Tasya membalasnya dari balik kaca. Keduanya keluar kamar dan melihat Arman yang sudah menunggu. Mereka masuk kedalam mobil menuju arah yang akan dituju.
Tidak lama mereka berhenti tepat di depan rumah seseorang. Maria dan Arman tersenyum. Tasya hanya diam malas untuk selalu bertanya.
"Ayo keluar, senyum, ya Tasya" ucap Maria lalu gadis itu tersenyum sekejap dan kembali murung.
Ada dua orang paruh baya yang sudah menantinya. Mereka berdiri tepat di depan pintu dengan pakaian rapi. Arman langsung memeluknya. Seakan-akan memang sangat akrap. Maria pun memeluk wanita paruh baya itu. Tasya hanya terpaksa tersenyum dan bersaliman dengan mereka.
"Udah besar aja, kamu memang terbaik jaga anak gadis" ucap Erik memuji. Maria tersenyum mendengar ucapan itu apalagi Arman dia tertawa.
"Hal biasa" ucap Arman merendah. Tasya memutar mata jengah, dia sangat bosan dengan hal ini. Tidak tau siapa mereka? Ada hubungan apa dengan Tasya?
"Ayo masuk-masuk" ucap Erik mempersilahkan Arman, Maria, dan Tasya masuk.
Mereka duduk diruang tamu yang besar dan sudah banyak sajian tamu diatas meja. "Ma, ada apa sih?" tanya Tasya akhirnya bertanya. Jujur dia ingin cepat pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafu [ Lembaran Baru]
Teen FictionJangan lupa folollow, comen Dan vote.. 😘 Kritik Dan pesan saya tunggu... ☺ Cinta diujung tanduk.. Rangga & Tasya Kejadian itu Adalah hal yang paling buruk . Ciuman manis kini tidak dirasakan Tasya lagi.. 😢