Part 17

30 4 1
                                    


"Dia sangat mirip dengan Sani saat terpejam."

"Mirip banget."

"Bibirnya yang selalu tertekuk saat tidur, cantik. Tapi, tidak bisa dengan anak kita" keluh wanita paruh baya lalu mengelus pipi gadis yang masih pingsan.

"Sani anak kamu sudah besar, sifatnya beda dengan kamu yang anggun, mungkin karna di didik Arman" ucap wanita paruh baya itu dengan sedikit tertawa.

Mata gadis itu terbuka perlahan. Dia melihat pasangan suami istri di hadapannya. Dia terlihat bingung. Apa ada di surga? Atau dia di culik. Sepertinya dia pingsan di halte.

"Eh tante? Kok ada disini?" tanya Tasya langsung bangkit dari tidurnya. Dia tertunduk malu.

Maya menatap suaminya lalu tertawa. "Inikan rumah tante" ucap Maya menahan tawa. Tasya melotot. Dia belum pulang kerumahnya?

"Maaf tante, Tasya belum sadar sepenuhnya" Tasya menahan malu. Apa-apaan dirinya ini.

"Tasya mau pulang tante" ucap Tasya lalu turun dari tempat tidur itu. Maya menahannya.

"Kamu disini semalam aja dulu, besok biar di anter Rangga" ucap Maya. Tasya melotot. Mana mungkin diantar Rangga. Dia sudah tidak mau berurusan lagi.

"Makasih Tante, tapi Tasya mau pulang nanti Mama nyariin" ucap Tasya kekeh ingin pulang.

"Kamu disini, Tante udah bilang sama Mama kamu kok" ucap Maya memohon. Tasya terpaksa menurut. Dia tidak tega dengan Maya yang seperti ini. Tasya mengangguk.

Tasya merogoh saku di bajunya. Dia merasa ada yang tidak beres. "Loh? Baju Tasya?" tanya Tasya baru sadar dirinya sudah ganti baju dengan piyama. Dia melotot lalu memeluk dirinya sendiri.

Maya tertawa pelan. "Tante yang ganti bajunya, soalnya baju kamu kotor dan masih di cuci sama Rangga" ucap Maya lalu mengelus kepala Tasya. Gadis itu menelan ludahnya susah payah.

"Da ... dalaman Tasya?" lirihnya sembari terpelotot kaget.

"Iya masih di cuci" ucap Maya sembari mengangguk.

"Rangga?" Maya tetap mengangguk. Tasya menelan ludahnya susah payah. Pria itu kenapa mau-mau saja mencuci baju.

Tasya tidak bisa membayangkan bagaimana sekarang kondisi baju-bajunya. Dia tau Rangga anak baik dan penurut. Tapi, bisa tidak usah nurut saat di suruh cucu baju seperti ini.

"Kamu belum makan kan? Tante ambilkan ya" ucap Maya lalu bangkit di susul Erik dan merangkul istrinya keluar kamar.

Gadis itu masih terdiam. Tatapannya kosong dan merasakan bunyi di perutnya. Dia merasakan hal aneh pada piyama yang dia kenakan terasa tidak asing saat memakainya. Apalagi kini kondisinya di dalam piyama itu hanya memakai tagtop dan celana pendek. Ini tidak mendukung dengan kondisi piyama yang sedikit terbuka.

"Lebih baik pakai baju tidur biasa" keluh Tasya menaikkan lengan yang kebesaran itu.

Dia menoleh kaget melihat Rangga ada di depan pintu. Anak itu mau apa? Terlihat menyeramkan karna tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu.

"Makan" ucap Rangga lalu meletakkan nampan berisi air putih dan nasi berserta lauknya.

"Gw kok dibawa kesini? Tinggal di bawa kerumah apa susahnya sih!?" kesal Tasya melihat ke arah Rangga yang mengigit sumpit.

Rangga mengocok mie goreng tersebut hingga tercampur dengan bumbunya. "Om Arman yang nyuruh gw" ucap Rangga santai.

Mata gadis itu semakin tidak suka saat Ayahnya sendiri yang menyuruh dirinya disini. "Lu bisa nolak!" marah Tasya. Dia tau Ayahnya marah tapi jika sampai keterlaluan begitu. Seperti bukan anaknya. Eh.

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang