Part 22

19 2 0
                                    

"Stop!" ucap Mawar menghentikan langkah Jeni dan Gladis di depan kelas. Mereka melihat sosok gadis yang duduk di bangku milik Tasya. Mereka mengamati dengan seksama.

"Tasya!?" ucap Jeni yang meyakini bahwa itu teman sebangkunya yang sudah lama tidak mengisi keributan. Mereka berlari ke arah Tasya yang masih duduk sembari membaca buku dan memeluknya erat.

"Ya allah kangen banget gw, kemana aja sih lu? Kalau ada masalah itu cerita jangan simpan sendiri terus ngilang" ucap Jeni begitu merindukan.

"Iya, cerita aja kali kaya siapa aja." Mawar menimbali perkataan Jeni barusan.

"Gw cuman bentar" ucap Tasya lalu membenahi rambutnya yang berantakan karna ulah mereka bertiga.

"Cuman sebentar you eyes!" balas Mawar sedikit menekan.

"Ah udah lu balik! Tau gw emang ngangenin, sono-sono, huss ... huss" ucap Tasya mengusir temannya agar kembali ke bangku mereka.

"Dihh! Songong banget nih bocah!" balas Mawar mengernyit dahi.

Tasya menatap Gladis yang dari tadi hanya diam. Gladis hanya tersenyum ke arahnya. Seingat Tasya Gladis ada di sana saat dia di bawa kembali ke rumah Rangga karna dia mendengar sekilas suara Gladis dan Rangga sedang berbicara.

"Gw mau ngomong sama lu nanti istirahat" ucap Tasya terasa mengganjal.

"Ngomong aja kalo, sok rahasia" ucap Mawar menyinyir.

"Apa sih lu, War? Ribet banget dah!" ucap Tasya melotot ke arahnya.

"Lu baru berangkat udah ngajak ribut ya" ucap Mawar. Dia menaikkan lengan bajunya lalu di hentikan oleh Gladis.

"Apasih lu berdua ribut mulu? Akur-akur" ucap Jeni lalu menyuruh Tasya kembali menghadap ke depan.

***

Seperti Tasya bilang tadi ingin bicara dengan Gladis di jam istirahat. Mereka bertemu di parkiran sekolah, mencari tempat sepi agar tidak terdengar oleh orang lain. Melihat kondisi bahwa parkiran sekolah sangat aman.

"Kenapa Sa?" tanya Gladis langsung ke intinya.

"Gw mau nanya sesuatu. Lu kemarin ada di rumah Om gw?" tanya Tasya lalu mendapat anggukan dari Gladis.

"Terus?" tanya Gladis.

"Ya gapapa, semoga tetap langgeng kalian, kasian om gw udah lama jomblo" ucap Tasya menepuk pundak Gladis.

"Yakin ga tanya yang lain?" Pertanyaan Gladis membuat mata Tasya membesar.

"Gw udah tau kok, dia bukan om lu" ucap Gladis masih menatap mata Tasya. "Seharusnya lu bilang dari awal kalau dia calon suami lu, biar gw ga jatuh cinta sama dia" ucap Gladis masih menatap mata Tasya tanpa berkedip.

"Maafin gw, Dis, gw ga mau semua tau kalau gw udah di jodohin" ucap Tasya lalu memegang tangan Gladis. "Lu bisa kok sama dia, gw kan udah nolak perjodohan ini" ucap Tasya menenangkan Gladis.

"Engga perlu, lu lebih butuh dia, jaga dia baik-baik" ucap Gladis tersenyum ke arah Tasya. Tasya menunduk, merasa bersalah terhadap Gladis.

"Gw cabut ya" ucap Gladis lalu pergi meninggalkan Tasya. Dia bergegas pergi ke kelas karna bel sudah berbunyi, sedangkan Tasya masih duduk di atas montor orang dan terdiam cukup lama.

"Salah gw emang" ucap Tasya lalu berjalan santai menuju kelas.

Gadis itu masuk kelas tanpa permisi padahal sudah ada guru di dalam kelas membuatnya harus mengikuti pelajaran di luar hingga mata pelajaran tersebut selesai.

"Ga bisa apa gadis itu sehari ga bikin masalah?" ucap salah satu siswi yang mengamati Tasya yang duduk di emper kelas.

Tasya melirik ke arah suara tersebut. Dia menatapnya tajam. "Brisik lu! Urus hidup lu!" ucap Tasya sembari menunjukan jari tegah.

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang