Part 27

15 1 3
                                    

Sesampainya di toko bunga. Tasya mengatur nafasnya yang memburu. Dia memilih bunga yang sama seperti kemarin. "Ada yang bisa di bantu?" tawar pelayan di sana.

"Satu buket bunga berapa ya?" tanya Tasya memastikan harga dia takut uang yang dia bawa tidak cukup. Kebetulan Tasya tidak pernah beli bunga di tempat ini dan dia juga jarang beli bunga.

"Ada banyak varian, dari kecil, sedang, besar, mari saya tunjukan contohnya" ucap pelayan itu menunjukan contoh buket dan harganya, Tasya mengikuti dari belakang.

"Lumayan juga harganya" ucap Tasya sembari menelan ludahnya. "Dari pada beli bunga, mending buat jajanin ceweknya" lirih Tasya sembari melihat-lihat contoh buket dan harga.

"Orang beli buket bukan dari kaum mendang-mending" gumam seorang pelayan yang lalu tersenyum. Tasya membalasnya dengan senyuman.

"Pesen yang sedeng aja, bunganya terserah, harga terjangkau" ucap Tasya terlihat pasrah melihat isi dompet yang tidak banyak.

"Oke, yang dua ratus ribu ya" ucap pelayan itu membuat Tasya melotot.

"Iya udah yang itu" ucap Tasya semakin pasrah. Karna itu harga termurah dari kalangan buket sedang.

"Padahal abang gw ngasih enam ratus ribu, gw beli dua ratus ribu, dosa ga sih korupsi? Tapi gw engga makan uang korupsi, jadi ga dosa" gumam Tasya lalu jalan keluar dari toko sembari membawa buket bunga.

"Cuman gara-gara bunga sialan ini, miskin gw" gerutunya tidak selesai sampai di rumah.

Dia menabrakkan sepedanya ke mobil putih yang terparkir di rumahnya. "Siapa yang halangi jalan gw sih" ucap Tasya begitu marah. Padahal itu salahnya sendiri yang tidak liat ada mobil lebih besar darinya.

"Tasya pulang" ucap Tasya langsung memberikan buket bunga tersebut kepada Rayen. Dia mengambil minuman di atas meja dan meminumnya hingga habis.

"Punya orang bego" ucap Rayen memukul tangan Tasya. Mata Tasya mengarah ke sudut sofa. Dia melihat Rangga sudah ada di sana.

"Sejak kapan kesini?" tanya Tasya heran.

"Gw ke sini nganter buket bunga" ucap Rangga lalu menunjuk buket bunga yang di bawa Rayen.

"Gw ga butuh buket lu, jelek, pasti murah" ucap Rayen sembari melempar buket bunga ke arah Tasya.

"Oh gitu" ucap Tasya yang terlihat sangat marah. Dia mengambil buket bunga itu lalu meletakkannya di atas meja. Dia menghampiri Rangga dan berdiri di hadapan pria itu.

"Tadi kenapa bilang engga ada?" tanya Tasya terlihat marah. Dia mengelus pipi Rangga.

"Gapapa, soalnya aku belum check mobil" ucap Rangga dengan santainya. Gadis itu langsung memukuli Rangga dan menjambaknya.

"TAU GA SIHH , UANG GW HABIS CUMAN BUAT BELI BUNGA ENGGA BERGUNA! POKOKNYA GANTI RUGI! INI SALAH LU YA!" teriak Tasya gemas dengan Rangga dia merasa ingin menghabisi pria itu.

"Iya, lepas dulu" ucap Rangga lalu menyingkirkan tangan Tasya dari kepalanya.

"Gw juga capek naik sepeda dari rumah sampai toko bunga, gara-gara lu" ucap Tasya sembari merengek kesal.

Rayen yang melihat hanya bergidik ngilu. "Tapi, salah lu juga ceroboh" ucap Rayen mencoba menyelamatkan Rangga.

"Diem lu! Bloon" umpat Tasya sangat marah.

Rangga menurunkan Tasya dari pangkuannya dengan sabar. Dia menyuruh Tasya agar duduk di sampingnya. Gadis itu menangis kesal karna kejadian pagi ini, sangat menganggu hidupnya.

"Sabar, udah marahnya?" ucap Rangga sembari menyelipkan rambut Tasya yang menghalangi wajahnya.

"BELUM!" teriak Tasya semakin kesal karna Rangga selalu bersikap seperti sangat dewasa. "Gw marah banget sama lu!" imbuh Tasya menatap Rangga dengan tajam.

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang