Pria berpostur tubuh tinggi dan tidak terlalu kurus itu baru saja memasuki mobil dengan plastik kresek di tangannya, berisi roti. Melajukan mobil tidak terlalu cepat dia sampai di rumah. Meletakkan roti di atas meja lalu meminum segelas air putih.
"Udah pulang, cepet banget?" tanya wanita paruh baya memukul bahu pria itu dari belakang.
"Ini rotinya, sesuai pesanan, ma" balas Pria itu lalu merapihkan rambut. Memang kebiasaan laki-laki itu merapihkan rambut.
"Tasya enggak ikut, nak?" Tanya Maya bingung melihat putranya ini pulang sendiri. Pria itu menggeleng. "Rangga gimana sih? Mama suruh Tasya sekalian bawa kesini buat bantu Mama siapin arisan!" kesal Maya, dia kecewa dengan Rangga yang terus menatapnya bingung.
"Mama enggak bilang, cuman suruh beli roti" bela Rangga tidak mau kalah. Dia lalu mengchek pesan dari Mamanya itu. "Mana enggak ada, Ma" imbuhnya tidak mau disalahkan.
"Ada, ini!" bela Maya yang juga tidak mau kalah. Dia menunjukkan pesan kepada Rangga.
Pria itu mengamati dengan saksama. Rangga lalu tersenyum, dia menarik nafas sabar. "Ma, ini belum kekirim, lihat masih gambar jam" perjelas Rangga lalu menghidupkan data seluler milik Maya yang mati.
Kini Maya yang bingung. "Tapi tadi Mama enggak matiin data loh" belanya lagi masih merasa bingung sembari membenahi kacamatanya. Rangga hanya mengangguk-angguk percaya.
"Terus gimana? Mama masa siapin sendiri, cape" ucap Maya manja. Dia seakan menguji kepekaan Rangga atas apa yang di maunya.
"Ayah?" usul Rangga lalu menuang air minum.
Maya menggeleng. "Ayah pulangnya sore, acaranya sore mana sempat" ucap Maya dengan tatapan memohon.
Rangga menengguk habis air minumnya. Dia paling malas jika harus ikut menyiapkan arisan dari ibu-ibu yang selalu bertanya hal-hal yang menurutnya belum pantas di tanyakan. "Rangga?" tanya Pria itu memastikan.
"Boleh, Tasya juga boleh" ucap Maya masih tetap ingin Tasya datang kesini.
"Tasya masih belajar buat ujian, Rangga enggak izinin" ucap Rangga seakan sudah berkuasa atas diri Tasya.
Maya menatap anaknya heran. "Belum juga dinikahin" ucap Maya kesal dengan anaknya yang sudah mengambil hak diri orang.
"Terserah Rangga" balasnya sembari tersenyum.
"Mama kasih tau ya nak, nanti ada bu Eti, pasti nanti kamu di tanya-tanya banyak hal" ucap Maya berbisik di telinga Rangga.
Rangga terdiam. Dia mengingat-ingat siapa itu bu Eti.
"Rangga, ganteng banget sekarang, Tapi belum berani nikah, ayok nikah!"
"Udah punya calon belum? Keburu ga ada yang mau loh"
"Mau Tante jodohin enggak, sama anaknya bu Warni, enggak kalah cantik kok"
"Rangga, mama kamu udah pingin gendong cucu tuh, masa kalah sama kucing tante udah beranak berkali-kali"
"Rangga .... Rangga ..... Rangga ....."
Rangga langsung menarik nafasnya yang terasa sesak. Dia melihat Mamanya yang menirukan gaya bicara bu Eti dengan baik lantaran pertanyaan - pertanyaan tersebut selalu di tanyakan saat bertemu.
"Oke! Agak siangan nanti Rangga jemput Tasya" ucap Rangga lalu pergi meninggalkan Maya dengan bulu kuduknya seakan merinding mengingat nada suara bu Eti. Maya tersenyum penuh kesenangan.
***
Sekitar jam 11 siang Rangga sudah datang untuk menjemput Tasya, semua karena paksaan Maya yang tiada henti selalu menanyakan kapan jemput Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafu [ Lembaran Baru]
Teen FictionJangan lupa folollow, comen Dan vote.. 😘 Kritik Dan pesan saya tunggu... ☺ Cinta diujung tanduk.. Rangga & Tasya Kejadian itu Adalah hal yang paling buruk . Ciuman manis kini tidak dirasakan Tasya lagi.. 😢