Part 29

10 1 0
                                    

Suara ciutan burung mengiringi pagi yang begitu cerah dan suara ayam yang sudah mulai menjelajah rumah tetangga. Gadis dengan selimut tebalnya masih terlungkup menjadi satu. Mimpi yang indah masih menyertai tidurnya yang nyenyak. Semua berubah saat monster tinggi besar menghampiri lalu membuka selimut Tasya dengan paksa.

"Akhhaaaa" teriak Tasya marah karna mimpi indahnya tergangu.

"Bangun! Mau berangkat sekolah engga?" tanya Rangga geram. Dia melipat selimut dengan cepat.

"Dua menit lagi" tawar Tasya mengacungkan jarinya.

"Sekarang udah jam tujuh!" ucap Rangga kesal. Dia terus menggoyangkan tubuh Tasya yang lemas.

"Hah?" Gadis itu langsung bangkit dari tidurnya. Dia bergegas pergi ke kamar mandi setelah mengambil beberapa pakaian. Rangga hanya diam dan keluar dari kamar.

Gadis itu terlihat terburu-buru. Saat semuanya sudah rapi. Tasya pergi ke meja makan bergabung dengan mereka untuk sarapan. Tasya hanya mengambil sepotong roti. Sembari terus bergumam tidak jelas.

"Pelan-pelan, Tasya" peringat Maya yang lalu memberi segelas air minum.

"Udah telat, Tante" ucap Tasya setelah menelan semua rotinya.

"Telat?" tanya Maya. Dia lalu menatap Rangga yang asik menikmati roti, seolah tidak tau atas perbuatanya.

"Ayo buruan, udah telat inih" ucap Tasya dengan grusar. Dia kesal dengan Rangga yang tidak cepat bangkit dari duduknya untuk mengantar Dia berangkat sekolah. "Ayoo" imbuhnya berusaha menggeret tangan Rangga.

Pria itu menarik tangan Tasya dan menghentikan tingkah Tasya yang cemas. "Jam berapa ini?" tanya Rangga sembari memperlihatkan jam tangannya. Tasya mengamati dengan saksama.

"Ikh! Kata lu jam 7" kesal Tasya. Dia sudah di bohongi Rangga karna baru jam enam kelewat lima menit.

Tasya lalu bersalaman dengan Maya dan Erik. Dia pergi saja tanpa menghiraukan Rangga. Dengan suasana yang masih marah. Gadis itu terus mengomel di sepanjang jalan.

"Kamu! Sana susul!" ucap Maya lalu memukul lengan Rangga agar menyusul Tasya.

Pria itu berlari menyusul Tasya yang sudah jalan hampir sampai taman. "Sa, Tasya" ucap Rangga lalu menghalangi Tasya. "Tumben berangkat pagi" goda Rangga seakan senang melihat wajah cemberut Tasya. Gadis itu tidak menghiraukan sama sekali dia terus berjalan.

"Ayo Aku anter" ucap Rangga lalu menyentuh tangan Tasya. Di tepisnya dengan kasar dan menatap Rangga dengan tajam. "Sa" panggil Rangga berusaha membujuk Tasya yang terlanjur benar marah padanya.

"Apasih!? Minggir, gw bisa berangkat sendiri!" tegas Tasya begitu galak.

"Ayo" kekeh Rangga dia berhenti di depan Tasya.

"Awas!" tegas Tasya dengan nada tinggi.

"Engga, nurut sama gw!" ucap Rangga tidak mau kalah.

Tasya menatap mata Rangga tajam. Dia lalu mendorong tubuh Rangga agar menyingkir dari hadapannya. "Gw bisa berangkat sendiri!" tegasnya lalu berjalan lebih cepat. Pria itu tetap mengikutinya sampai halte dekat Taman. Tasya naik bus tanpa menghiraukan Rangga yang hanya bisa menatap lewat jendela.

***

"Pagi-pagi murung aja?" tanya Jeni yang baru saja datang dan meletakkan tasnya. "Btw, tumben lu udah duduk aja disini biasanya mepet bel, ada acara apa nih?" goda Jeni yang baru sadar jika Tasya begitu pagi sampai sekolah tidak seperti biasa.

"Diem deh, gw lagi gamood" ucap Tasya lalu berbalik arah membelakangi Jeni dengan posisi kepala yang masih tergeletak di meja.

"Ohh, lu berantem sama calon suami lu?" tebak Jeni lalu menggoyangkan lengan Tasya. "Ayo cerita" bujuk Jeni ingin mendengar drama calon pasutri pagi ini.

Rafu [ Lembaran Baru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang