Gue Benci Lo!

2.6K 454 42
                                    

"Ale! Sini!" Panggil Deni.

Ale berdecak karena merasa malas mengikuti jam pelajaran olahraga. Jika bukan karena untuk mengambil nilai, ia tidak akan mau mengikuti pelajaran ini.

"Mager banget gue, Den." Keluh Ale.

"Ck! Males banget sih lo jadi cewek!" Kesal Deni.

"Cuma ambil nilai sebentar, Le. Cuma nembak bola basket kedalam ring, terus udah." Sambung Nesa.

"Gue mau tidur aja didalam kelas."

Setelah mengatakan itu, Ale membalikkan tubuhnya. Ia akan kembali kedalam kelas dan terhalang karena Deni menarik lengannya saat urutan namanya disebut guru olahraga untuk maju. Temannya itu mengapit lengannya hingga sampai di tengah lapangan.

Pasrah, Ale mengambil bola basket yang ada didepannya. Ia mundur tiga langkah untuk mengambil ancang-ancang menembak. Tapi sayang, ia gagal dalam satu kali percobaan. Bahkan, dipercobaan kedua, ia pun gagal.

"Ih! Kesel gue!" Kesal Ale.

Ale merutuk karena ia menjadi satu-satunya murid yang gagal dalam ambil nilai praktek kali ini. Ia terpaksa mengambil nilai susulan di jam terakhir pelajaran, karena jam terakhir dikosongkan dengan adanya rapat guru.

"Sabar, Le." Bujuk Nesa.

"Gak mood banget gue!" Jawab Ale ngegas.

"Lagian, tumben amat lo gagal. Biasanya juga sekali tembak langsung masuk." Celetuk Deni.

"Gue benci basket!"

Mendengar itu, Deni dan Nesa saling berpandangan. Bukannya mereka tidak mengerti maksud perkataan Ale. Hanya saja disaat Ale mengatakan itu, Raka kebetulan lewat dan sempat berhenti setelah mendengar perkataan Ale.

"Sakitnya tuh disini, didalam hatiku." Nyanyi Deni sambil memegang dada sebelah kirinya.

"Hancur hatiku! Remuk jantungku!" Sambung Nesa yang juga ikut bernyanyi.

"Lo berdua pada kenapa dah?" Tanya Ale bingung.

Ale bergidik melihat kedua temannya yang tertawa terbahak-bahak setelah bernyanyi. Ia perlahan berjalan mundur dan ingin berlari. Namun, saat ia berbalik, dirinya tak sengaja menabrak Raka yang sedari tadi berhenti setelah mendengar perkataannya.

"Eh?! Ma-"

Melihat orang yang ia tabrak, Ale tidak jadi melanjutkan perkataannya. Ia memilih berjalan dan tidak mengatakan sepatah katapun.

"Gak sopan!" Desis Raka.

Ale menghentikan langkahnya, ia mengangkat rambutnya tinggi dan mengikatnya asal. Setelah itu, ia kembali berjalan dan berlari mengejar Juna dan Nando yang berjalan keruang ekskul Taekwondo.

"Kacang goreng!" Ejek Deni.

"Rasain lo!" Sambung Nesa.

"Hahahaha!"

Raka tidak memperdulikan perkataan kedua teman Ale. Ia kembali berjalan dengan wajah dingin dan tatapan tajam. Melihat tatapan itu, para murid yang ada disekitar Raka memilih mundur. Mereka tidak mau berurusan dengan Raka karena merasa takut dengan anak pemilik sekolah ini.

***

Ale sampai didalam kelas. Ia langsung mengambil kursi yang ada disebelahnya dan menyusunnya berjejer untuk ia tiduri. Namun, saat ia sudah berbaring, matanya tidak sengaja melihat kotak bekal yang ada didalam laci mejanya.

Tentu saja, Ale dengan cepat bangkit dan mengambil kotal bekal itu. "Ada lagi?"

Karena penasaran, Ale mengambil secarik kertas yang ada diatas kotak bekal. Dengan santai, ia membaca isi kertas yang dua hari ini selalu berada didalam laci mejanya.

My Ale! (Side Story Of Raka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang