Bankir 💵 4

5.9K 745 57
                                    

"Nggak balik lu? Udah hampir jam delapan nih." Baekhyun yang sudah selesai merapikan meja, menghampiri meja Taeyong.

Yang ditanya menggeleng. "Ada input yang missed dikit tadi, Mas. Terpaksa harus dicek ulang."

Baekhyun mengangguk, menepuk pelan bahu juniornya. "Tapi pulang jangan malam-malam banget. Rugi kalau weekend gini nggak lu pake jalan."

"Situ sih enak, udah ada pawangnya. Weekend ada yang diajak jalan."

"Salah sendiri," cibir Baekhyun. "Udah ada yang mau ngehalalin, pake sok-sokan nolak."

Taeyong menggeleng. Cemberut. "Pokoknya nggak mau sama om-om. Maunya sama yang masih single. Yang belum ada buntutnya."

Baekhyun pun memutar bola mata dengan ekspresi dramatis. "Terserah elu deh, terserah. Ter-se-rah."

Lalu ekspresinya berubah serius. "Tapi, Yong. Gue... cuma mau ngingetin elu aja nih."

"Apaan, Mas?"

"Lu jangan kelamaan jual mahal sama yang model begituan... "

"Apa?! Jual mahal? Terus aku mas suruh ngobral diri gitu, kasih murah? Iya?"

"Nyamber aja nih anak. Orang lagi dinasihatin juga." Sungut Baekhyun.

"Nasihatin apanya? Aku tuh nggak sedang jual mahal, mas, tapi memang beneran nggak mau!"

"Hedeh. Terserah elu aja dah. Kalau jadi elu, gue bakalan hati-hati aja sih sama om-om yang udah ada maunya kayak gitu."

Ganti Taeyong yang memutar bola mata, dan segera mengusir Baekhyun pergi karena malas mendengar segala petuah yang menurutnya tak berfaedah dari sang senior. Dia lalu melanjutkan pekerjaannya. Di akhir bulan seperti ini, pekerjaannya memang biasanya jadi bertambah banyak.

Kurang lebih setengah jam setelah Baekhyun pergi, pemuda itu menegakkan punggung yang terasa kaku. Lalu menggeliat untuk melemaskan otot-ototnya. Sebarisan to do list segera berjajar dalam benaknya. Pulang ke rumah. Mandi berendam air hangat. Memakai piyama cinnamorol kesayangannya. Makan kue bolu mentega buatan mamanya. Lalu tidur nyenyak sampai pagi karena besok tidak harus pergi ke kantor.

Lalu pemuda itu mendesah cemberut ketika kembali menatap layar.

'Semangat, Taeyongie. Sedikit lagi!'

Ponselnya berdering sekitar lima belas menit kemudian, dan langsung diangkatnya tanpa memeriksa siapa yang meneleponnya.

"Halo?"

"Taeyong?"

Pemuda cantik itu menjauhkan layar dari telinga, lalu membelalak ketika menemukan nama siapa yang terpampang di layar.

"Iya, Pak Jaehyun? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kamu masih di kantor sekarang?"

"Iya, Pak. Masih ada kerjaan."

"Belum selesai ya? Ini sudah malam lho."

Taeyong mendengus diam-diam.

'Memangnya situ nggak paham kerjaan bankir?'

"Kamu sudah makan apa belum?"

Tepat setelah Jaehyun menanyakan tentang makan, perut rata pemuda itu terdengar berkeriuk dan terasa agak perih.

"Belum, Pak... " jawabnya sembari meringis. Mendadak baru menyadari kalau dia merasa sangat lapar.

"Kerjaan kamu beneran masih banyak?"

"Nggak sih, Pak. Ini tinggal final checking."

"Saya di lobi sekarang. Kamu turun ya, kalau sudah selesai."

BANKIR (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang