Bankir 💵 22

5.1K 675 62
                                    

"Aku dan Taeyong, menikah di... Casa Monterinaldi?" Jaehyun bertanya dengan ragu.

Monterinaldi adalah nama rumah tua yang lokasinya menjadi satu dengan gedung pabrik pengolahan anggur yang dihasilkan perkebunan miliknya di Chianti.

"Ya. Gimana menurut kamu?"

"Mama serius?" tanya Jaehyun lagi.

Sang ibu terlihat mendesah. "Sebenarnya, mama dulu sempat menawarkan pada Gayoung apakah dia mau menikah di sana. Tapi dia nggak mau."

Jaehyun seketika berusaha menggali ingatannya tentang tempat yang mungkin terakhir kali dikunjunginya adalah sekitar tiga tahun lalu. Ketika memorinya terkumpul, dengan segera dia bisa memahami kenapa Gayoung menolak saat itu.

Yah, itu memang tempat yang indah. Cocok bagi pasangan yang saling jatuh cinta untuk menghabiskan waktu dan membuat kenangan indah bersama. Jaehyun tak bisa membayangkan apa yang akan dia lakukan di desa sunyi itu setelah menikah dengan Gayoung, jika pada kenyataannya pernikahan mereka lebih mirip seperti kesepakatan bisnis yang tidak melibatkan perasaan di dalamnya.

"Menurut kamu, Taeyong mau? Jaehyun?" sang ibu mengernyit bingung ketika anak lelakinya justru terdiam dan terlihat tak yakin.

"Uhm... itu... memangnya mama sudah setuju aku menikah dengan Taeyong?" tanya Jaehyun akhirnya. Dan kening sang ibu berkerut semakin dalam.

"Apa mama pernah bilang kalau mama menolak sebelumnya?"

"Enggak sih, tapi... " Jaehyun melirik sang ibu ragu. "Mama benar-benar nggak keberatan aku menikah dengan Taeyong?"

Sang ibu masih terlihat bingung mendengar pertanyaan anaknya, namun dia menggeleng. "Enggak. Mama nggak keberatan kamu menikah dengan dia."

"Serius, Ma?"

"Kamu ini sebenarnya kenapa? Terus mengulang pertanyaan yang sama?"

"Aku nggak... " Jaehyun terdiam. "Ma, demi Tuhan, aku pikir mama nggak suka sama Taeyong. Dia tadi sampai ketakutan lho dengan sikap mama."

Sang ibu kini justru terlihat terkejut. "Ketakutan? Sama mama? Taeyong? Tapi, memangnya mama sudah melakukan apa?"

Kali ini Jaehyun yang jadi kebingungan untuk menjelaskan kekhawatiran tunangannya. "Ya... sikap mama ke dia selama makan siang tadi membuat dia jadi berpikir kalau mama nggak menyukai dia."

"Apa mama sudah bersikap kasar sama dia?Tapi, mama nggak ngerasa seperti itu, Jaehyun?"

"Mama biasanya suka ngobrol dengan orang, malah awalnya aku pikir kalian mungkin akan bisa cocok karena Taeyong orangnya juga seperti itu. Tapi mama malah cuma diam saja di dekat dia."

Nyonya Jung terdiam. Seperti tengah memikirkan kata-kata anaknya. Setelah beberapa saat, perempuan tua itu menggeleng.

"Mama hanya sedang berusaha menjaga perasaan Minho."

Jaehyun seketika mendesah keras. "Ma... "

"Apa itu salah?" tanya sang ibu.

"Mama berusaha menjaga perasaan Minho, tapi malah membuat Taeyong ketakutan." Sergah Jaehyun.

"Lalu kamu berharap mama bersikap seperti apa?"

"Ya yang sewajarnya saja, Ma," gerutu Jaehyun.

Sang ibu terdiam mengamati anak satu-satunya. "Mama minta maaf kalau sikap mama sudah membuat Taeyong salah paham. Tapi ini juga bukan hal yang mudah untuk mama."

Jaehyun melirik sang ibu dengan kening berkerut.

"Selama ini mungkin kamu selalu berpikir mama lebih menyayangi Minho daripada Jeno. Tidak, Jaehyun. Mama menyayangi mereka berdua sama besar. Hanya saja, mama merasa bahwa mama tidak pernah perlu terlalu mengkhawatirkan Jeno. Sejak mereka masih kecil, mama tahu Jeno jauh lebih mirip seperti kamu, dia selalu secerdas dan setenang kamu tiap kali menghadapi masalah. Tapi Minho berbeda."

BANKIR (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang