Bankir 💵 24

4.7K 627 184
                                    

I beg your sorry for giving any distraction in the middle of your work day, but...
I wrote this last night
Hope you enjoy this chapter...































"Jadi, aku sekarang harus panggil kakak apa?"

Senyum lebar bercampur seringai jail tergambar di wajah Jeno ketika akhirnya berhasil mendekati Taeyong, setelah sekelompok tamu undangan yang berkerumun memberi selamat pada pemuda cantik itu menepi. Taeyong mendengus seketika, terlihat geli.

"Kamu sendiri maunya bagaimana?"

"Aku pikir sebaiknya diganti. Tapi, apa ya?" Jeno balik bertanya, dengan mulut mengerucut. Terlihat seimut anjing corgi kesayangan Somi, anak sulung Hanbin.

"Ya terserah kamu." Balas Taeyong.

"Kakak pengin dipanggil apa?" Jeno kembali bertanya. Ekspresi bingungnya terlihat begitu serius sekaligus menggemaskan, dan Taeyong mau tak mau jadi tertawa.

"Apa itu memang harus diubah?" tanyanya.

"Uhm... I think so," Jeno mengedikkan bahu, sebelum melanjutkan dengan ekspresi serius. "You're my daddy's husband now. I should put a bigger respect on you."

Taeyong menggeleng. "Your acceptance was more than just enough. Nggak ada perlunya repot-repot mencari sapaan lain sebagai pengganti."

Sepasang alis Jeno terangkat bingung.

"Memangnya, mau kamu ganti jadi apa panggilan yang kamu pakai selama ini?" tanya Taeyong.

Remaja itu seketika terlihat berpikir, lalu menggeleng setelahnya. "Aku juga nggak tahu."

"Nah." Taeyong mengangguk. "Kalau begitu, nggak perlu. Just do like it used to be. Got it?"

Jeno mengangguk antusias.

Remaja itu lalu terdiam mengamati Taeyong.

Pemberkatan pernikahan dilaksanakan di kapel kuno kecil yang ada di lingkungan desa itu. Beberapa warga setempat yang umumnya adalah pekerja di perkebunan juga pabrik pengolahan anggur turut hadir sebagai tamu, namun tidak dalam pesta kecil yang diadakan di rumah perkebunan milik Jaehyun. Taeyong dan Jaehyun sama-sama mengenakan setelan jas putih gading, lalu melepas jasnya untuk acara yang lebih santai di Casa Monterinaldi.

"Kakak bener-bener cantik banget hari ini."

Taeyong seketika kembali tertawa. "Oh ya? Thank you."

Jeno lalu menoleh, melempar senyum jahil pada sosok yang diam-diam mengamatinya dari seberang ruangan. Lalu beralih lagi pada Taeyong, dan pura-pura menggerutu. "Dasar bapak-bapak telat puber. Masa iya aku saja dipelototi begitu?"

Taeyong seketika mengikuti arah pandang Jeno tadi, dan menemukan Jaehyun tengah menatapnya tajam sembari meladeni obrolan beberapa paman dan bibinya.

Tadinya Jaehyun memang berdiri bersamanya di sini, menerima ucapan selamat dari para tamu. Namun, bahkan di hari pernikahannya sendiri, selalu ada pekerjaan mendesak yang memerlukan persetujuan langsung dari lelaki itu.

"Apa daddy pikir aku mau menggoda kakak?" Jeno mendecak sinis.

Taeyong melirik lelaki di seberang sana, yang baru satu jam lalu resmi jadi suaminya, dengan pandangan sayang. Dan beralih lagi pada Jeno. "Memangnya enggak?" candanya.

"No way. I'm a man of honour," balas si remaja penuh harga diri. "Itu perbuatan rendah. Dan aku orangnya setia."

Taeyong tersenyum. "Oh ya? Siapa yang ngajari seperti itu?"

BANKIR (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang