Sepertinya books ini akan meleset dari rencana winne semula, yang hanya akan berisi nggak lebih dari sepuluh bab.
I just... I can't help it. I really loves them more than what I expected before.
So, jangan bosan dulu yheaaa...."Kamu apa kabar, Taeyong?"
Taeyong agak mengernyit karena jarak Jaehyun yang teramat dekat. Namun dia pun segera menyadari, dalam ruangan super berisik seperti ini tak mungkin suara seseorang bisa jelas terdengar kecuali jika dia mendekat ataupun berteriak.
"Saya baik." Balas Taeyong.
Dia terkejut, sungguh. Klub ini bisa dibilang sering dia datangi. Namun tak pernah sekalipun bertemu Jaehyun sebelumnya.
Pemuda cantik itu menoleh pada Jaehyun, karena setelah mendengar jawabannya, lelaki itu tak terdengar menyahut lagi.
"Pak Jaehyun sendirian?" Taeyong, entah mengapa tak bisa menahan diri tak bertanya.
Lelaki itu mengangguk.
"Bapak sering datang ke sini?"
"Nggak pernah."
Taeyong menatap Jaehyun bingung, dan lelaki itu mengedikkan bahu.
"Kamu bilang ingin bertemu saya?"
Taeyong mengernyit seketika. Jaehyun lantas menunjukkan layar ponselnya. Dan pemuda cantik itu seketika memasang wajah datar. Jelas-jelas terlihat kesal.
"Di sini terlalu berisik. Kalau mau bicara, kita sebaiknya keluar." Jaehyun berkata.
Taeyong masih terlihat kesal, namun dia tetap mengikuti langkah Jaehyun. Ke sebuah coffeeshop yang jauh lebih tenang, yang terletak di sebelah klub itu.
"Selama ini, Pak Jaehyun membaca email-email yang saya kirim?" tuntut Taeyong, begitu pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi.
Jaehyun mengangguk.
"Kenapa tidak ada yang bapak balas?" lanjut Taeyong.
Demi Tuhan, bukankah suaranya seharusnya tidak terdengar segusar itu?
"Semua email itu hanya berisi informasi, kan? Bukan masalah urgent yang harus segera saya respon?"
"Oh. Lantas kenapa Pak Jaehyun merespons email terakhir saya? Bukankah isinya sama saja?"
"Kamu menulis, kita sebaiknya bertemu untuk bicara."
Taeyong mengerjap. "Saya menulis seperti itu?"
Jaehyun menunjukkan lagi isi email yang ditulis oleh Taeyong. Yang baru dikirim kurang dari dua jam yang lalu. Dan Jaehyun segera bisa menemukan keberadaannya di klub tadi.
Pemuda cantik itu tak bisa mencegah diri untuk tidak berprasangka buruk.
Namun tidak ada gunanya melempar tuduhan, karena bisa dipastikan Jaehyun tak akan mau repot-repot menyangkal. Itu, hanya akan membuatnya makin merasa kesal.
Taeyong sedang lelah, dan ingin segera menyelesaikan urusan tak terduga ini. Lalu kembali ke dalam klub sana untuk menyeret Baekhyun pulang, sebelum seniornya yang sedang patah hati itu bertingkah liar tak terkendali; sembarangan menggerayangi orang, atau ikut pulang bersama lelaki yang tidak dia kenal, misalnya.
Pemuda cantik itu mengembuskan napas perlahan sebelum bicara kembali.
"Baik. Jadi begini, Pak Jaehyun... "
Taeyong segera menjabarkan situasi yang tengah dia hadapi. Dan meminta tanggapan atau keputusan dari si pemilik dana. Pembicaraan profesional dan beradab itu berlangsung kurang lebih satu jam. Ketika mereka sudah akan mengakhirinya, ponsel Taeyong berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANKIR (jaeyong)
Fanfiction[shortfic] [office AU] [semibaku] Taeyong adalah private banking officer, dan Jaehyun nasabah prioritas