Jung Jaehyun tidak bisa menerima penolakan, mau bagaimana lagi? Taeyong tak bisa melakukan apapun terkait hal itu. Jadi lebih baik dia memilih bersikap masa bodoh. Dan membiarkan lelaki itu bertingkah sesuka hatinya. Taeyong hanya perlu bersikap acuh, dan hidupnya akan baik-baik saja.
Hanya saja, Taeyong kemudian menyadari bahwa kali ini dia telah salah perhitungan.
Setelah pembicaraan mengenai perasaan Jaehyun di coffeeshop malam itu, Taeyong telah mengantisipasi serangan-serangan licik juga frontal seperti yang sudah-sudah, jika menilik dari perangai Jaehyun selama ini. Yang terjadi, Jaehyun justru seperti tidak sedang berusaha melakukan apapun.
Benar-benar tidak melakukan apa-apa.
Kerja sama mereka sebagai bankir dan nasabah tetap berjalan seperti sebelumnya. Jaehyun tak lagi mengabaikan informasi-informasi yang Taeyong kirim. Sesekali mereka masih bertemu untuk pembicaraan bisnis, terkadang di gedung BCI, terkadang di luar. Namun, tak lagi sesering ketika Jaehyun masih bertindak dalam pendekatannya yang lancang dan tanpa ampun.
Dalam setiap pertemuan itu, pembicaraan yang terjadi selalu sepenuhnya profesional. Jaehyun sudah tak pernah lagi menyebut-nyebut perihal perasaan. Lelaki itu sepenuhnya kembali menjadi sosok Jung Jaehyun seperti pada awal dia diperkenalkan Wendy kepada Taeyong.
Namun tentunya Taeyong tak akan luput memperhatikan itu; cara Jaehyun memandanginya setiap kali mereka bertemu. Sikap sopan lelaki itu tak bisa menutupi tatapan mendamba yang teramat kentara. Sementara dalam beberapa kesempatan lain, Taeyong akan merasa seperti ditelanjangi oleh pandangan penuh hasrat yang membayang di mata tajam lelaki itu. Namun selalu, jika tanpa sengaja tertangkap oleh mata Taeyong, Jaehyun jadi terlihat merenung. Lalu sikap juga ekspresi wajahnya akan kembali datar dan terkendali.
Lelaki itu memberi kesan masih menginginkannya. Namun di saat yang sama juga seperti berkeras untuk selalu bersikap pantas. Lama kelamaan, Taeyong mendapati hal itu mulai membuatnya gelisah.
Apa lelaki itu sedang berusaha bermain dengan psikologisnya?
"Lu, belum jadi-jadi juga nikah sama Pak Jaehyun?" Baekhyun berbisik pada suatu siang ketika, mereka berdua tengah menghadiri meeting bulanan di salah satu hall BCI.
Taeyong hanya melirik seniornya sekilas, lalu kembali mengarahkan pandangan kepada Park Jungsoo yang tengah memaparkan target yang dipatok perusahaan untuk trimester depan.
"Lu masih sering jalan aja kan sama dia? Tapi kenapa kayak stuck di situ-situ aja?" Baekhyun kembali berbisik.
"Meeting ngomongin kerjaan, beda sama jalan ya, Mas Baek." Taeyong akhirnya menanggapi. Baekhyun seketika mencibir sinis.
Namun karena bos mereka telah mengakhiri meeting itu, Baekhyun mengurungkan apapun yang tadinya ingin dia katakan kepada Taeyong.
"Mau keluar?" Baekhyun bertanya ketika selesai meeting itu, Taeyong di mejanya terlihat mengemasi beberapa barang.
Yang lebih muda mengangguk. "Meeting sama nasabah."
"Nasabah yang mana?" Baekhyun menyipit menyelidik.
"Bos-nya Jeongdaemoon Grup-lah," balas Taeyong jengah. "Memangnya siapa lagi yang suka ngajakin meeting sambil makan-makan kalau bukan dia?"
Nasabah-nasabah Taeyong yang lain, paman-paman dan bibi-bibi tua itu, anehnya memang kebanyakan lebih suka mendatanginya di gedung BCI.
"Sekalian bobo siang bareng nggak?" goda Baekhyun. Taeyong hanya menatapnya datar.
Setelah tahu dirinya pernah menginap bersama Jaehyun, Baekhyun memang jadi sering sekali menggodanya perkara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANKIR (jaeyong)
Fanfiction[shortfic] [office AU] [semibaku] Taeyong adalah private banking officer, dan Jaehyun nasabah prioritas