Bankir 💵 14

4K 712 118
                                    

Tidak seperti Minho yang terlihat kaku saat mengulurkan tangan pada Taeyong, Jeno justru tersenyum lebar dengan ekspresi jahil yang aneh melihat kecanggungan saudaranya.

"Um... kembar ya?" gumam Taeyong, terlihat agak bingung, namun tetap tersenyum ramah.

"Iya, kak," sahut Jeno cepat. "Tapi tidak identik. Aku lebih mirip daddy. Dan dia lebih mirip mommy."

Taeyong mengangguk-angguk, tersenyum paham. Lalu Jeno kembali duduk, kali ini berpindah posisi tepat ke sebelah kursi Taeyong. Sementara Minho duduk di sebelah Jaehyun, dan diapit oleh ibunya.

Minho terlihat tak mau menatap pada Taeyong. Taeyong yang masih cukup terkejut karena fakta ini, hanya bisa tersenyum canggung pada remaja itu.

Mana dia tahu jika Minho ternyata anak Jaehyun?

Setelah perkenalan mereka, mereka memang sempat bertukar nomor pribadi. Minho cukup sering mengirim chat kepadanya. Taeyong menanggapinya dengan sopan. Namun kesibukannya, juga masalah yang akhir-akhir ini dia hadapi, membuatnya tak pernah lagi menanggapi secara serius pendekatan yang dilakukan remaja itu.

Dan lagi, demi Tuhan, Taeyong masih memiliki akal sehat untuk tidak bermain-main dengan anak yang jauh lebih muda darinya. Jika ingin bersenang-senang, dia tentu saja akan mencari seseorang yang lebih berpengalaman, yang tidak memberi risiko terlalu besar.

"I knew it." Bisik Jeno tiba-tiba.

"Huh?" Taeyong menatap remaja itu bingung.

"Sudah bener kakak memilih daddy daripada adik aku." Jeno tersenyum lebar hingga matanya kembali jadi segaris.

"Dia cuma cerita kepadaku. Daddy dan mom sepertinya tidak tahu. Tenang saja, kak." Jeno lanjut berbisik penuh konspirasi.

Taeyong hanya bisa termangu. Melirik sekilas pada Minho yang terlihat masih tak mau memandang langsung padanya. Lalu melirik Jeno.

Pantas saja ekspresi remaja itu secara aneh terlihat sangat puas begitu melihat keterkejutan di antara dirinya dan Minho.

Merasa sedikit bingung dengan situasi ini, Taeyong memutuskan untuk tetap bersikap sewajarnya. Dan berharap perkataan Jeno benar, tidak ada orang lain yang tahu perasaan Minho selain kakak kembarnya. Jika tidak, akan jadi sangat canggung bagi semua orang.

Setelah berbasa-basi sejenak dengan Taeyong, Gayoung lalu menanyakan beberapa hal kepada Jeno. Lalu membicarakan hal lain kepada Minho. Ikut menyertakan Jaehyun di dalamnya. Percakapan mengenai sekolah, kabar keluarga Jaehyun, atau apa saja yang belakangan ini tengah dilakukan anak-anak itu.

Benar-benar terlihat seperti sebuah keluarga yang harmonis. Taeyong jadi merasa seperti mahluk tak kasat mata di tengah-tengah mereka semua.

Namun meski sangat menyadari semacam lirikan tak enak hati yang beberapa kali dilayangkan Jaehyun padanya, Taeyong melanjutkan menyantap makannya tanpa perubahan ekspresi berarti.

"Tadi di outlet lantai dua." Terdengar Minho berkata.

"Kenapa tidak kamu beli?" tanya Jaehyun.

"Aku nggak tau itu bagus atau enggak, kan daddy yang biasanya lebih tahu."

"Kamu benar-benar mau itu?" tanya Jaehyun lagi. Minho mengangguk.

"Ok, then. Ayo, daddy antar." Sahut Jaehyun cepat.

Minho seketika tersenyum cerah. "Sebenarnya tadi mom sempat kasih saran mana yang bagus, tapi aku bingung. Kita pergi ke sana sama-sama saja ya?"

Remaja itu menatap ayah dan ibunya bergantian, penuh harap. Gayoung terlihat menatap Jaehyun dengan ekspresi bertanya.  Jaehyun yang terlihat sama sekali tidak ingin menutupi rasa sayang terhadap anak-anaknya, tersenyum tipis pada Minho. Dan mengangguk.

BANKIR (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang