Sekali lagi, Taeyong sangat tahu, adalah sebuah kebodohan mutlak ketika dia dengan sengaja menceburkan diri ke dalam masalah yang berwujud Jung Jaehyun beserta keluarganya yang rumit, di saat dia seharusnya terus menghindar demi kebahagiaan hati juga ketenangan jiwanya. Namun karena dia telah mengatakan 'ya', yang lebih didasari oleh kecenderungan untuk mengikuti kata hati yang telah melunak pada kesungguhan Jaehyun, Taeyong juga tahu, bahwa di detik itu juga dia harus mulai bersiap untuk menerima segala konsekuensinya.
Termasuk, setiap penolakan yang mungkin akan dia hadapi.
Pembicaraan dengan Minho tidak membawa hasil yang baik. Bahkan Jeno hanya bisa geleng-geleng kepala pada sikap keras kepala adiknya. Taeyong tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Namun terkait sikap anak bungsunya, Jaehyun yang di awal sempat terlihat kalut juga gusar, ternyata telah bisa menanggapinya dengan lebih tenang. Dan meminta agar Taeyong tidak usah terlalu memikirkannya.
Itu cukup melegakan bagi Taeyong. Setidaknya dia memiliki janji Jaehyun, dan jelas tidak menghadapi masalah ini sendirian.
Sementara itu, tidak ada halangan berarti dari sisi keluarga Taeyong. Sang ayah maupun ibu tak terlihat keberatan meski calon menantu mereka adalah duda beranak dua. Alasan terbesarnya bukan lantaran siapa itu Jung Jaehyun, tapi lebih karena mereka sangat memahami karakter Taeyong; apapun yang telah dia putuskan, pasti telah melalui pertimbangan panjang yang matang.
Hanbin juga Sehun, di luar sepengetahuan si bungsu bahkan telah menjalin hubungan baik dengan calon ipar mereka. Jelas sekali mereka tidak keberatan dengan profil dari lelaki yang akan jadi suami Taeyong. Meski begitu, sang ayah telah dengan tegas berpesan agar jangan sampai mereka merugikan sang adik, dengan mengambil keuntungan yang tidak semestinya dari menjadi saudara ipar Jung Jaehyun.
Bagaimanapun, semua itu tetap tidak bisa mengenyahkan kerisauan dalam hati Taeyong.
"Is there something bothering you, baby?"
"Huh?" Taeyong menoleh dengan bingung pada Jaehyun yang duduk di sampingnya, di dalam sedan hitam lelaki itu dalam perjalanan menuju rumah utama keluarga Jung.
"Kamu kelihatan hanya diam sejak kita berangkat tadi," balas Jaehyun. "Ada apa?"
Taeyong segera menggeleng. "Nothing."
Jaehyun mengamati tunangannya. "Masih memikirkan tentang Minho?"
Taeyong menggeleng lagi. Dan Jaehyun mendesah.
"I told you, kalau anak itu memang nggak mau menerima rencana pernikahan kita, sudahlah. Biar saja. Aku yang akan menangani kalau dia sampai ngambek, atau melakukan sesuatu yang berlebihan."
"Bukan. Bukan itu."
"Lantas?"
Taeyong terdiam sejenak. "How about your parents?"
Kening Jaehyun seketika berkerut, namun sorot matanya terlihat geli. "Kamu... nggak sedang gugup karena akan bertemu dengan mereka kan?"
"Honestly, yes."
Mendengar itu, Jaehyun terlihat bingung. "I thought this wasn't the first time for you. I mean, pacar kamu dulu sepertinya banyak. Masa iya nggak ada yang pernah mengajak kamu ketemu orang tua mereka?"
"Iya sih. Tapi, ini beda."
"Bedanya?"
"It's YOUR parents."
"So?"
Pemuda cantik itu terlihat masih memikirkan kata-kata selanjutnya, jadi Jaehyun diam menunggu.
"Minho bilang, mama kamu lebih suka memiliki menantu perempuan." Taeyong akhirnya mengeluarkan keresahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANKIR (jaeyong)
Fanfiction[shortfic] [office AU] [semibaku] Taeyong adalah private banking officer, dan Jaehyun nasabah prioritas