"Treasure?
"Everything I inherite in the future."
"Kamu anaknya Pak Jaehyun, semuanya juga pada akhirnya akan jadi milik kamu kan?"
"Harus dibagi dengan Minho, aku ingin bagian yang lebih besar."
"Kamu serakah juga ya ternyata." Cela Taeyong.
"No, aku sayang kepada dia sebagai saudara. Tapi kakak nggak paham, dia nggak terlalu mampu diserahi tanggungjawab semacam itu."
"Dan kamu mampu?"
"I am!"
"Masih jauh, Jeno. Masih terlalu panjang waktunya. Saya yakin Minho pasti masih bisa berkembang."
"You know, kak. Even my daddy and opa said so."
Taeyong mendesah. "Whatever. But, Jeno, I have nothing to do with all of your family problems."
"Of course you do. Because my daddy, he's madly in love with you."
"Your daddy is mad and crazy." Dengus Taeyong. Jeno justru tertawa mendengarnya.
"Yes. Indeed he is."
Taeyong tak tahu harus mengatakan apa lagi. "Daddy kamu yang menyuruh kamu mengatakan semua itu kepada saya?"
"He has nothing to do with all of these."
"Jadi, kamu mengatakan semua itu murni karena menginginkan kebahagiaan ayah kamu, atau kamu melakukan itu demi kepentingan kamu sendiri?"
"Jika bisa mendapatkan keduanya, kenapa harus memilih satu tujuan saja? Prinsip bisnis sederhana semacam itu, boleh diterapkan dalam kehidupan juga kan?"
"Apapun yang kamu rencanakan, saya nggak ingin terlibat di dalamnya."
"Kakak yakin?"
"Yes."
"But the sparks beetween you and him, cannot fool me."
Taeyong mengedikkan bahu. "Ayah kamu memang menarik."
"Indeed he's irresistible."
"Kamu sebaiknya bersikap seperti remaja lain pada umumnya. Tidak perlu ikut campur dengan urusan orang dewasa semacam ini."
"Aku nantinya juga akan jadi dewasa. Kenapa harus menunda menghadapi masalah semacam ini?"
Taeyong memijit pangkal hidung. Dirinya telah cukup lelah menghadapi satu Jaehyun yang terlalu gigih dan tak tau malu. Kenapa Tuhan menambah beban pikirannya dengan memberikan satu lagi mahluk yang seperti itu?
Hanya saja jika perilaku ofensif Jaehyun seringkali terasa menyebalkan, Jeno justru terlihat agak... menggemaskan. Pola didik macam apa yang selama ini diterimanya, yang membuat remaja seusia ini jadi memiliki jalan pikir yang luar biasa pragmatis?
Namun jelas anak ini cerdas, dia bahkan telah memiliki visi masa depannya sendiri, dan berusaha memikirkan bagaimana cara untuk meraihnya. Taeyong menyukai karakter semacam itu, sejujurnya. Karena agak terasa mirip seperti dirinya sendiri.
"Didn't you love my daddy? At all?" tanya Jeno tiba-tiba.
Taeyong tak langsung menjawab. Memikirkan pertanyaan itu dengan hati-hati. Namun akhirnya memutuskan untuk bersikap jujur. "Saya cukup menyukai ayah kamu."
"But?"
Taeyong tertawa lirih, kepekaan anak ini jadi terasa agak meresahkan. "Saya sulit membayangkan akan merasa bahagia menikahi seseorang dengan latar belakang serumit dia."
Jeno terlihat mengernyit. Dan Taeyong terpaksa menjelaskan lebih jauh.
"Kamu dan Minho. Dan... ibu kamu yang... as you said... sepertinya masih berharap." Pemuda cantik itu mengedikkan bahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANKIR (jaeyong)
Fanfiction[shortfic] [office AU] [semibaku] Taeyong adalah private banking officer, dan Jaehyun nasabah prioritas