Eight

1.4K 144 14
                                    

Donghyuck menatap langit-langit kamarnya yang hambar dan membosankan dengan pandangan kosong. Selama satu minggu terakhir ia hanya mendekam dan berdiam diri di dalam kamar di rumah orang tuanya tanpa melakukan kegiatan apa pun.

Kedua orang tuanya hanya menganggap Donghyuck sebagai gelandangan yang baru menemukan rumah sehingga ia hanya bisa tidur, makan, dan buang air besar. Hanya ada kakaknya yang secara rutin mengunjungi kamar sang adik, ia akan menjahili dan mengganggu Donghyuck hingga membuatnya kesal. Kakaknya mengira Donghyuck terjangkit penyakit mematikan yang membuatnya menjadi pemalas.

Akan tetapi hal itu lebih rumit daripada yang mereka bayangkan.

Donghyuck memutuskan untuk tidak memberitahu keluarganya terlebih dahulu. Ia masih terlalu takut dan bingung. Semuanya terasa begitu tiba-tiba bagi Donghyuck. Dan ia masih tidak tahu harus bagaimana.

Donghyuck merasa waktu berjalan sangat lambat disekitarnya, seakan-akan ia sedang berenang di dalam sirup. Mood swingnya juga mulai mengambil alih tubuhnya seperti virus zombie yang tidak bisa ia kendalikan.

Donghyuck juga terus menerus mengabaikan pesan dari teman-temannya, ia bahkan memblokir nomor Jeno dan Jaemin, mengabaikan pesan Jhonny yang menanyakan kabarnya dan menyarankannya untuk pergi ke rumah sakit, serta mengabaikan ratusan pesan dan panggilan dari Renjun. Ia masih belum siap untuk bertemu dengan sahabatnya itu, Donghyuck bahkan menolak bertemu dengan Renjun ketika lelaki itu datang mengunjungi rumahnya beberapa hari yang lalu.

Donghyuck membuka ponselnya, tanpa ia sadari menahan napasnya, ia melihat sebuah pesan masuk dari Mark. Setelah satu minggu lamanya akhirnya pria itu membalas pesannya, terakhir Donghyuck mengiriminya pesan bahwa ia baik-baik seminggu yang lalu ketika ia masih liburan tetapi Mark tidak pernah membalasnya.

Pria itu mengirim pesan meminta Donghyuck untuk bertemu dengannya di play ground yang berada di depan apartemen tempat tinggalnya. Donghyuck menahan rasa kecewanya karena itu hanyalah pesan biasa, Mark tidak menelponnya atau pun tidak memberikan informasi lain lewat pesan itu.

.

.

Malam terasa cukup dingin menusuk kulit Donghyuck, play ground yang berada di depan apartemen tempatnya tinggal juga terlihat sepi—tentu saja—tetapi sinar lampu dari jalanan dan taman cukup terang hingga membuat Donghyuck merasa aman.

Ia melihat Mark sedang duduk disebuah ayunan, pria itu sesekali mendorong pelan kakinya di tanah. Donghyuck tanpa sadar tersenyum melihat temannya, ia begitu merindukan Mark.

Tiba-tiba Donghyuck melihat sebuah kilas balik saat dirinya dan Mark tengah bermain di sana ketika mereka masih anak-anak, tempat itu merupakan tempat pertemuan pertama mereka, tempat mereka menghabiskan banyak waktu mereka ketika kecil, dan tempat bagi Donghyuck dan Mark untuk saling berbagi cerita hingga dewasa bahkan sampai Mark pindah dari apartemen itu.

Donghyuck rasanya ingin segera memeluk Mark dan menenggelamkan kepalanya didada pria itu, Donghyuck merindukan kehangatan dari pelukan Mark, ia ingin menangis dipundaknya dan mengadu mengenai apa yang terjadi pada hidupnya. Donghyuck ingin menceritakan banyak hal pada pria itu, dan ia ingin Mark memberikan dukungan untuknya dan mengatakan semuanya baik-baik saja.

Donghyuck tersadar, kemudian dengan cepat menghapus jejak air mata dipipinya dan memasang senyum cerianya.

"Hai," sapa Mark ketika melihat Donghyuck berjalan mendekatinya dan duduk pada ayunan kosong di sebelahnya, dan memberikan sebuah senyum lebar yang membuat matanya membentuk bulan sabit.

Donghyuck bergumam pelan menanggapi sapaan itu, "bagaimana kabarmu?"

Mark tersenyum sangat lebar, "aku sangat amat baik." Jawabnya kelewat senang.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang