Thirteen

1.2K 137 9
                                    

"Hai," tiba-tiba sapa seseorang yang membuat Donghyuck terkejut.

Jeno tengah berdiri di depan pintu rumah Donghyuck sambil memasang sebuah senyuman begitu lelaki itu membuka pintu rumahnya. Donghyuck yang mendengar suara bel rumahnya berbunyi, tidak mengira jika tamu yang mengunjunginya adalah seorang teman lama.

Maka, tanpa membalas sapaan itu, Donghyuck langsung membanting pintu depan rumahnya dengan cepat dan kuat tanpa ragu setelah ia mendapatkan kembali kewarasannya.

"Tunggu, Hyuck." Jeno menahan pintu rumah Donghyuck dengan kakinya yang panjang, sementara Donghyuck yang panik berusaha menutup pintunya dengan keras membuat Jeno semakin mengaduh kesakitan.

Mendengar jeritan itu membuat Donghyuck akhirnya menyerah dan membukakan pintunya untuk Jeno.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Donghyuck dengan nada tidak suka.

"Mengunjungimu?" Ujar Jeno sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan senyumnya yang tidak luntur.

Donghyuck mendengus tidak suka, "aku tidak menerima tamu."

Ekspresi Jeno berubah menjadi sedih. "Apakah aku berbuat salah padamu, Hyuck?" Tanyanya, dengan nada khawatir. Membangkitkan perasaan bersalah Donghyuck.

Donghyuck akhirnya melangkah keluar, "kau tidak memiliki salah apapun padaku. Aku hanyaㅡaku tidak tahu harus melakukan apa jika bertemu denganmu." Jujurnya.

"Kalau begitu bolehkah aku masuk dan kita berbicara di dalam?" Pinta Jeno.

Donghyuck menggeleng dengan ragu, "mungkin kita bisa berbicara di luar." Jawabnya.

Ia membuka pintunya untuk mengambil jaketnya yang tersampir pada gantungan baju di dekat pintu, tetapi langkahnya harus terhenti karena ia mendengar suara Ariel yang menangis sangat kencang.

"Oh, shit." Umpatnya tanpa bisa ia tahan, Donghyuck berbalik untuk memberitahu Jeno jika ia tidak bisa pergi bersama pria itu. Namun Jeno dengan memiliki pendapat lain.

"Ijinkan aku masuk, Hyuck. Biar kita berbicara di dalam." Ujar Jeno, Donghyuck hanya bisa pasrah dan ia membuka pintunya dengan lebar membiarkan Jeno untuk masuk.

Donghyuck menggendong Ariel dan menimangnya, menyanyikan lagu nina bobo untuk bayi kecilnya supaya ia kembali tertidur tetapi Ariel malah menangis semakin kencang membuat Donghyuck merasa frustrasi. "Oh, tuhan." Desahnya.

Jeno dengan sigap menghampiri mereka, ia berusaha membantunya dengan mengusap pelan kedua alis bayi kecil itu.

Tanpa sadar Donghyuck menitikkan air matanya ketika melihat Ariel menjadi lebih tenang dan akhirnya ia jatuh terlelap. Donghyuck akui ia akan menjadi sangat mudah tersentuh jika berurusan dengan bayinya. "Ariel sangat menyukai jika seseorang mengusap alisnya seperti itu. Itu adalah seperti tombol tidur untuknya." Donghyuck terkekeh dengan suara lirih, lalu ia meletakkan Ariel dengan perlahan pada tempat tidur milik lelaki itu.

Jeno menyusul Donghyuck yang telah merebahkan dirinya di tempat tidur sebelah Ariel, hingga posisi mereka adalah Jeno yang berada di sisi kiri, Ariel di tengah, dan Donghyuck di sisi kanannya. Jeno setengah berbaring dengan salah satu tangannya menahan kepalanya dan ia masih mengusap pelan alis putri kecil Donghyuck.

"Dia terlihat sangat damai," gumam Jeno, lalu tangannya beralih pada tangan kecil Ariel dan membiarkan jemari kecilnya menggenggam jari milik Jeno dengan erat. "Ariel terlihat seperti malaikat. Dia sangat luar biasa seperti dirimu."

Donghyuck akhirnya menyerah, membiarkan perasaan itu mengalir apa adanya. Lelaki itu tersenyum menyetujui perkataan Jeno dan menatap Ariel seolah menatap dunianya.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang