Nineteen

1.3K 139 5
                                    

Donghyuck berlari dengan tergesa di lorong rumah sakit, napasnya memberat dan air mata bercucuran dipipinya. Donghyuck bahkan tidak memedulikan teriakan orang-orang yang ditabraknya.

"Renjun." Donghyuck berteriak dengan dramatis. "Ya tuhan, apa yang terjadi padamu?" Tangis lelaki itu.

Teriakan serta tingkah ceroboh lelaki itu menyebabkan dua orang perawat harus menyeret Donghyuck supaya keluar dari IGD karena khawatir akan membuat para pasien tidak nyaman. Dan seperti dalam adegan drama, tangan Donghyuck berusaha menggapai Renjun dengan berlebihan.

Setelah lima menit menunggu dan berdebat dengan sengit akhirnya Donghyuck diperbolehkan untuk masuk dan menghampiri sang sahabat. "Anda tidak boleh membuat keributan lagi, tuan." Kata seorang petugas keamanan pada Donghyuck setelah mengantar lelaki itu pada Renjun yang sedang terduduk di brankar rumah sakit tanpa luka apa pun.

Donghyuck bisa melihat senyum culas dari wajah Renjun ketika ia melihat dirinya. Lelaki kecil itu menaikturunkan alisnya dan menatap Donghyuck dengan penuh ejekan.

"Jalang sialan." Umpat Donghyuck. "Kupikir kau mati atau semacamnya." Ia berkata sambil menyedot ingusnya.

Renjun terkekeh, "aku hanya tertabrak hoverboard, tidak parah, hanya lecet." Ujarnya, "itu bagus, bukan?"

"Air mataku yang berharga." Dengus Donghyuck. "Aku tidak berharap kau terluka, sih, tapi baguslah."

"Aku tidak tahu kau akanㅡhei," Renjun segera bangkit dan berlari menghampiri Donghyuck ketika lelaki itu berbalik dan pergi meninggalkan Renjun yang masih mengoceh.

"Kau tahu? Aku sampai rela dikeluarkan dari kelas demi menjemputmu, dasar sialan." Donghyuck menggerutu tidak terima, mengingat kelas memasaknya yang berhargaㅡhadiah pernikahannya dari Jenoㅡdan ia harus pergi begitu saja demi Renjun. Karena lelaki itu menangis dan melebih-lebihkan situasinya saat menelpon Donghyuck.

"Jaemin tidak bisa menjemputku, kau tahu itu 'kan. Jadi aku meminta bantuan sahabatku ini yang baik hati dan tidak sombong." Renjun mencoba merayu Donghyuck dengan pujian murahannya.

Donghyuck hanya mendengus dan kembali berjalan meninggalkan Renjun. "Hei, maafkan aku, oke?"

Donghyuck berhenti berjalan dan berbalik menghadap sang sahabat, namun aksinya terhenti karena ketika ia akan berbicara matanya menangkap seseorang yang cukup familiar. Mata mereka bertemu, dan lelaki yang Donghyuck lihat tersenyum ke arahnya dan berjalan tanpa ragu menghampiri Donghyuck.

Renjun ikut berbalik karena melihat Donghyuck yang bengong dan melihat ke arah mana lelaki itu memandang, ia dengan cepat berbisik pada Donghyuck, "siapa lelaki manis itu?" Renjun bertanya, membuat Donghyuck menjadi kesal.

Donghyuck masih terkejut dan tidak menjawab pertanyaan Renjun. Ia masih melihat ke arah Chenle dengan tatapan kagum dan berusaha menyembunyikan rasa irinya yang tiba-tiba menguasai hatinya. Lelaki itu terlihat begitu bersinar. "Dan, oh lihat, betapa putih dan mulusnya kulit lelaki itu. Ia begitu sempurna." Renjun seolah memperjelas isi hati dan kepala Donghyuck membuat ia semakin sebal, Donghyuck hanya melirik Renjun dengan tatapan sinisnya.

"Donghyuck hyung." Chenle melambaikan tangannya. "Oh, dia memanggilmu hyung. Kau pasti mengenalnya dengan sangat baik." Donghyuck membalas perkataan Renjun dengan cubitan maut dilengannya hingga membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.

Pada tahap ini membuat Donghyuck muak karena lelaki pendek itu tidak bisa menutup mulutnya dan terus mengoceh.

"Hai, Chenle." Donghyuck tersenyum dengan ramah dan mengabaikan Renjun sepenuhnya, Donghyuck mengulurkan tangannya pada lelaki itu. Chenle menatap tangan Donghyuck yang menggantung di udara, dengan wajah kebingungan sambil mengedip-ngedipkan matanya dengan lucu, untuk sesaat Donghyuck khawatir jika ia akan diabaikan.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang