Nine

1.3K 135 4
                                    

Donghyuck berjalan bersisian dengan Mark di bandara dengan jari mereka yang saling bertaut. Hari di mana Mark akan pergi ke Amerika telah tiba. Donghyuck bisa merasakan jantungnya berdegup tidak karuan didadanya dan ia rasa sebentar lagi akan meledak. Tiba-tiba ia merasa gelisah dan cemas.

Donghyuck sejujurnya tidak siap ditinggalkan oleh Mark. Ia menggandeng tangan pria itu dengan erat seolah seluruh hidupnya tergantung padanya.

"Kita akan baik-baik saja." Mark menghibur Donghyuck dan merangkul bahunya. "Kau tidak akan menyadari jika waktu berjalan dengan sangat cepat." Pria itu tersenyum menenangkan sang sahabat.

"Yeah, seperti hari ini. Hari yang kau tunggu akhirnya terjadi." Donghyuck masih tetap merajuk.

"Hei, kita bisa melalui ini semua. Kita selalu ada untuk mendukung satu sama lain. Dan aku sangat berterima kasih karena memilikimu sebagai teman baikku. Aku tidak bisa melakukannya jika tidak ada dirimu." Mark menatap mata Donghyuck yang berkaca-kaca dengan lembut.

Donghyuck tersenyum, "aku juga sangat bersyukur memilikimu sebagai teman baikku. I just, I just feel like I'm losing you, and I'm scared." Akunya.

"Aku masih temanmu, no one is losing anyone, dan aku pasti akan kembali." Mark membawa tangan Donghyuck ke dadanya. "Tutup matamu, Hyuck. Aku memiliki hadiah untukmu."

Donghyuck tertawa lirih tetapi menuruti permintaan Mark dan menutup matanya dengan erat. Ia merasakan Mark memasangkan sesuatu pada pergelangan tangannya.

"Sekarang buka matamu, Hyuck." Pinta Mark.

"Ini—" Donghyuck terperangah melihat tangannya, "bukankah ini gelang kesayanganmu." Tanya Donghyuck. Melihat sebuah gelang tali yang terlihat sudah cukup usang.

"Iya, itu adalah gelang hadiah pemberianmu, kau membuatnya untukku ketika kau masih SMP dan mengatakan kau sangat buruk dalam pelajaran seni. Tetapi aku sangat menyukainya, dan kupakai hingga saat ini. Dan sekarang aku akan meminjamkannya padamu. Jadi, pastikan kau tidak menghilangkannya dan kembalikan lagi padaku." Mark memegang tangan Donghyuck dan menautkan jemari mereka, mengusapnya dengan pelan dan menciumnya.

Mata Donghyuck berkilat senang, "aku pasti akan menyimpannya dengan baik dan mengembalikannya padamu saat kau kembali." Ujarnya.

"Tentu saja." Mark tersenyum pada Donghyuck. "Kau pasti akan mengembalikannya padaku, aku percaya padamu, Hyuck."

"Aku akan merindukanmu, aku akan merindukan bagaimana kita saling menautkan jemari kita seperti ini, aku akan merindukan bagaimana kau selalu ada untukku di saat aku melakukan hal bodoh dan kau ada di sana dan selalu mendukungku." Donghyuck berujar melihat ke arah jemari mereka, membuat setetes air matanya terjatuh dan membasahi tangan mereka. Donghyuck berusaha membalas senyuman Mark dengan senyum samar dan meremat jemari Mark yang saling bertaut dengannya. "Aku akan sangat rindu mendengar semua mimpi-mimpi anehmu."

Mark melangkahkan kakinya untuk lebih mendekat dan menempelkan kening mereka, ia membelai dengan lembut pipi Donghyuck, mata mereka saling menatap dengan intens, Donghyuck mulai mendekatkan wajahnya pada Mark, dan pria itu menundukkan pandangannya untuk melihat bibir Donghyuck yang terlihat merah dan bengkak. Tanpa Mark sadari menyentuhnya dengan gerakan lambat.

Hidung mereka mulai bersentuhan, dan Donghyuck bisa merasakan deru napas Mark yang menggelitik serta menerpa hidungnya hingga ujung bibir mereka yang hampir menempel. Donghyuck perlahan memejamkan matanya, dan menunggu bibir Mark untuk menyapu bibirnya.

Akan tetapi alih-alih ciuman yang ia dapatkan, Donghyuck malah merasakan Mark yang menabrakkan hidung mereka dengan gerakan canggung dan pria itu dengan cepat menarik dirinya menjauh dari Donghyuck.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang