Eleven

1.3K 137 10
                                    

Hari yang telah ditunggu-tunggu pun tiba, Donghyuck akhirnya bisa melahirkan putrinya. Pada hari minggu yang cerah dengan suasana yang hangat dan tenang tiba-tiba Donghyuck merasakan perutnya mulas luar biasa.

Kehamilannya baru berusia tiga puluh tujuh mingguㅡdokter Jhonny memang memperkirakan Donghyuck akan melahirkan pada usia kandungan tiga puluh enam hingga empat puluh minggu. Akan tetapi jadwalnya untuk pergi ke rumah sakit adalah saat minggu ke tiga puluh sembilan, membuat Donghyuck dan kedua orang tuanya merasa panik luar biasa saat itu.

Seluruh anggota keluarganya membawa Donghyuck pergi ke rumah sakit. Ayahnya menyetir dengan ugal-ugalan sementara ibunya memegang kedua tangan Donghyuck sambil terus menerus merapalkan doa dan menenangkan sang putra.

Sementara sang kakak terlihat lebih santai, ia bermain game di ponselnya sambil beberapa kali berteriak karena cara menyetir sang ayah yang membuatnya kaget dan hampir kalah saat bermain game. "Donghyuck hanya merasa mulas, bayinya tidak akan keluar jika dokter tidak membedah perutnya." Kata Taeyong dengan kalem.

Jika perut Donghyuck saat ini tidak sakit dan ia dalam posisi hendak melahirkan, ia pasti sudah menendang wajah congkak kakaknya itu. Atau melempar ponselnya ke luar jendela.

.
.

"Apakah kau sudah siap?" Dokter Jhonny bertanya pada Donghyuck di ruang operasi, lelaki itu sebenarnya tidak tahu apakah merasa gugup memiliki arti berbeda atau sama dengan sudah siap.

Donghyuck menggigil pelan. "Entahlah, apa yang terjadi jika aku merasa tidak siap?" Tanyanya.

"Aku akan tetap membelah perutmu, kurasa." Dokter Jhonny mengangkat kedua bahunya sambil memegang pisau kecil yang terlihat sangat tajam. Dan ia langsung terkekeh melihat ekspresi ketakutan di mata Donghyuck.

"Tidak perlu gugup," ujarnya, mencoba sedikit menghiburnya.

"Tidak akan, kau tahu, aku biasanya tidur dengan sangat baik." Donghyuck membalas gurauan dokter Jhonny.

Dokter Jhonny tersenyum. "Tentu saja. Karena aku akan memastikanmu untuk benar-benar tertidur sangat pulas." Ucapnya, berharap meringankan kegugupan Donghyuck.

"Well, itu kedengarannya menakjubkan." Jawab Donghyuck, sekenanya. Sejujurnya ia tidak masalah dengan tertidur di ruang operasi seperti beruang. Lagipula untuk apa ia tetap terjaga? Menurutnya itu semua tidak ada gunanya. Menunggu perutnya dibelah lalu bayinya dikeluarkan, seakan Donghyuck memang menantinya. Donghyuck bahkan tidak ingin melihat bayi itu. Juga saat operasi berlangsung, tidak ada seorangpun yang akan menemaninya.

Setelah merasakan punggung bagian bawahnya seperti digigit oleh semut, Donghyuck secara perlahan merasakan kelopak matanya yang semakin memberat. Dan ia merasakan kantuk yang luar biasa, hingga Donghyuck tidak bisa menahannya, lalu ia jatuh tertidur dan tidak menyadari apa yang terjadi padanya setelah itu.

Donghyuck akhirnya kembali terbangun saat ia merasakan sebuah usapan lembut pada pipinya dan suara samar-samar di sekitarnya. Ia beberapa kali mengerjapkan kelopak matanya untuk menyesuaikan cahaya yang cukup menyilaukan baginya. "Apa yang terjadi?" Gumam Donghyuck dengan suara serak.

"Di mana aku?" Donghyuck masih terlihat linglung, mungkin efek obat bius itu masih memengaruhi sistem kerja pada tubuhnya.

Kemudian Ibu meraih tangannya, "bagaimana perasaanmu, nak?" Senyum ibu terlihat lebar dengan mata yang berkaca-kaca.

Donghyuck reflek memegang perutnya yang sekarang sudah mengempis, ia sepertinya telah mendapatkan kembali kesadarannya secara utuh. "Merasa lebih baik. Tapi anehnya aku tidak bisa merasakan tubuh bagian bawahku." Jawabnya sambil terkekeh pelan.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang