Sixteen

1.3K 142 9
                                    

Donghyuck mendengar suara gaduh dari arah pintu depan apartemennya. Ia yang sangat sibuk saat pagi hari hanya bisa menghela napas pelan, ia harus sudah cukup sabar untuk menghadapi Ariel yang sangat rewel pagi ini.

"Ayah teman-temanku pergi ke sekolah dengan ditemani oleh orang tua mereka. Kenapa aku tidak?" Ariel terus merengek untuk mengatakan hal yang sama sejak ia bangun tidur.

"Ayah akan menemanimu nanti, ya." Jawab Donghyuck sekenanya.

"Kapan?" Tuntut gadis kecilnya itu.

"Tunggu sayang, ayah harus membuka pintu terlebih dahulu." Donghyuck cukup kesal dengan adanya tamu di depan pintu apartmennya pada pagi hari, tetapi ia cukup merasa terbantu karena bisa menghindari pertanyaan sang putri.

Donghyuck menggerutu sendiri serta harus menahan perasaan marahnya karena harinya diawali dengan sangat berantakan. Jelas seseorang yang mengetuk pintunya bukanlah Renjun dan Jaemin, atau pun Jeno. Sejujurnya Donghyuck mengharapkan Jeno untuk datang, karena sejak natal ia tidak pernah menghubungi Donghyuck lagi dan ia merasa bersalah pada pria itu.

Donghyuck segera mengenyahkan pikiran itu untuk saat ini, dan segera membuka pintu hanya untuk dikejutkan dengan keberadaan Mark yang tengah berdiri di balik pintu. Karena sejujurnya pria itu adalah orang terakhir yang Donghyuck harapkan untuk mengunjungi rumahnya di hari sepagi ini.

Sejak kejadian di bandara dua hari yang lalu Donghyuck telah kehilangan semangatnya untuk bertemu dengan Mark. Pria itu berubah menjadi seseorang yang Donghyuck tidak kenali.

Dan Donghyuck, entahlah. Dia hanya tidak ingin terluka, karena itulah ia memutuskan untuk membuang harapannya. Mungkin Mark memang hanya ditakdirkan untuk menjadi teman baiknya saja.

Tetapi melihat pria itu berdiri di hadapannya sekarang, Donghyuck tidak tahu apa yang ia rasakan.

"Hai?" Mark menyapa Donghyuck malu-malu. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana jeansnya. Dan Donghyuck hanya bisa membalasnya dengan senyum canggung.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Mark berbasa-basi. Ia terlihat menelan ludahnya dengan kasar karena melihat keengganan Donghyuck.

Donghyuck mengedikkan bahunya, "seperti yang kau lihat." Ia tidak tahu mengapa, tetapi rasanya ada tembok besar tak kasat mata yang menghalangi interaksi mereka saat ini.

Mark menghembuskan napasnya kedinginan, tetapi Donghyuck terlalu sibuk untuk menerima tamu sekarang, dan ia harus pergi mengantar Ariel sekolah dan pergi bekerja. Jadi itu artinya Mark bukan prioritasnya sekarang.

"Apa kau membutuhkan sesuatu?" Tanya Donghyuck, tidak menyadari bahwa suaranya sedikit ketus.

Sebelum sempat menjawab, Mark malah dikejutkan dengan kedatangan seorang anak perempuan dengan suara nyaring. Membuat pria itu terpaku di tempatnya untuk sesaat.

"Ayah!" Si gadis kecil terlihat marah, ia menatap Donghyuck dengan mata disipitkan dan kakinya menghentak ke lantai dengan keras.

Mark melihat anak kecil itu memakai rok selutut dengan kaos kaki panjang, rambutnya berwarna kecoklatan terlihat tipis dan panjang diikat kuncir kuda. Ia mencebik dan hampir menangis.

"Aku sudah terlambat ayah!" Anak itu kembali memekik membuat Donghyuck kelabakan, kakinya lagi-lagi menghentak lantai dengan keras membuat dirinya memekik kesakitan.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang