Twenty Two

1.9K 126 27
                                    

"Mark ternyata adalah ayah kandung Ariel, Renjun. Pria yang selama ini kucari ada di hadapanku." Donghyuck menangis putus asa di hadapan sahabatnya."Begitu teganya... selama ini ia berbohong padaku." Lelaki itu tersedu dengan matanya berkilat marah membayangkan betapa brengseknya tingkah Mark.

"Lalu sekarang apa rencanamu?" Renjun menatap iba temannya dan mengusap bahu Donghyuck untuk menenangkannya.

Punggung Donghyuck membungkuk dengan lemah, ia rasa-rasanya telah kehilangan harapan. "Aku tidak tahu. Mark akan menikah minggu depan. Dan Chenle sedang mengandung. Mereka adalah pasangan yang serasi, bahkan mereka sudah merencanakan untuk berbulan madu ke Swiss untuk bermain ski." Ujar Donghyuck, sedih. Ditangannya masih terdapat surat yang Mark berikan untuknya, ia mengacungkannya pada wajah Renjun. "Aku rasa momen kami selalu kelewatan." Lirihnya, "mungkin itu adalah pertanda dari tuhan karena kami tidak pernah berjodoh."

Renjun meremat bahu sang teman untuk memberikannya dukungan. "Kau baik-baik saja?"

"Dan Jeno telah menyembunyikan fakta bahwa Ariel adalah putri Mark hampir dua tahun. Mark akan menikahi kekasihnya sementara aku baru menyadari perasaanku yang sebenarnyaㅡbahwa aku mencintai Mark, aku menginginkannya, aku membutuhkannya. Akuㅡaku sangat membutuhkannya, aku mau ia menjadi milikku." Ujar Donghyuck, sambil menyeka air matanya, suaranya bergetar dan terdengar pilu.

"Dan di sini aku akan segera bercerai sekarang. Yeah, kombinasi yang sempurna. Aku sangat baik." Lelaki itu kemudian tertawa pahit dan berkata dengan nada sarkas.

Renjun mengerucutkan bibirnya, "aku serius."

"Aku juga serius, Renjun." Pekik Donghyuck. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" Tangisnya.

Renjun menghela napas pelan, "apa yang ingin kau lakukan, Hyuck?" Lelaki itu balik bertanya.

Donghyuck menggeleng pelan, merasa frustrasi terhadap dirinya sendiri. "Aku tidak tahu." Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, "semuanya begitu tiba-tiba hingga aku tidak bisa berpikir."

"Apakah kau masih mencintai Jeno?" Tanya Renjun, hati-hati.

Donghyuck menatap Renjun dengan ekspresi memelas, "sejujurnya aku tidak pernah mencintai pria itu." Akunya, ada nada penyesalan dan rasa bersalah dalam suaranya.

Renjun memekik pura-pura terkejut, "sudah kuduga." Lelaki itu tertawa mengejek Donghyuck. "Aku masih tidak mengerti mengapa kau menikahinya."

Donghyuck menatap temannya dengan sinis, "bukankah kau juga menyetujuinya?"Tukasnya. Ia menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak 'tuh." Ia mengangkat bahunya, "Aku hanya kasihan pada kalian berdua."

Donghyuck menyedot ingusnya. "Apa maksudnya itu?" Tanyanya dengan nada tajam dan menukik.

Renjun menegakkan punggungnya, "kita kesampingkan hal itu. Kau masih mencintai Mark, 'kan?"

Donghyuck mengangguk lemas, "aku selalu mencintainya. Aku hanya terlalu takut untuk mengakuinya, dan kini aku hanya bisa menyesali apa yang telah kulakukan. Dan sekarang Mark akan menikah." Donghyuck kembali menangis. "Andai aku bisa memutar waktu." Ia mendesah pelan.

Renjun merebut surat yang ada ditangan Donghyuck dengan paksa dan mengacungkannya pada lelaki itu, "omong kosong. Ini adalah bukti tanda kepemilikanmu. Pria itu milikmu dan kau hanya harus membawanya kembali. Dia menyuruhmu untuk datang kembali padanya, bukan?"

"Bagaimana dengan Chenle dan calon bayi mereka? Lagipula surat itu sudah kadaluarsa!" Donghyuck menggeleng pelan, tidak menyetujui pendapat Renjun.

Renjun memegang kedua bahu Donghyuck dengan erat dan mengguncangnya, "aku akan menjelaskannya dengan cara yang mudah untuk membuatmu mengerti. Seandainya kau dan Chenle dalam situasi bahaya dan kalian tenggelam di laut, lalu Mark hanya bisa menyelamatkan satu orang, menurutmu siapa yang akan dia selamatkan? Lee Donghyuck? Atau Zhong Chenle?"

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang