Ten

1.4K 146 16
                                    

Usia kehamilan Donghyuck telah memasuki trimester ketiga atau trimester terakhir. Ia telah mengalami banyak halㅡburukㅡketika itu terjadi. Segala mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan datang menghampirinya. Ia kira menjadi moody adalah satu-satunya masalah besar yang paling tidak menyusahkannya, akan tetapi ia telah salah.

Donghyuck harus berurusan dengan morning sickness di trimester kedua kehamilannya, dan ngidam yang parah bahkan ia harus terbangun pada malam hari dan mulai memakan makanan aneh, atau makanan yang normalnya tidak ia sukai, dan melakukan sesuatu di luar nalarnya. Bahkan napsu makannya meningkat seperti babi, dan ia hanya bisa mengeluh tentang hal itu.

Memasuki trimester ketiga Donghyuck memiliki kebiasaan yang membuatnya hampir menyerah dan putus asa. Sudah dua minggu Donghyuck memiliki kebiasaan menangis pada pukul sembilan malam dan ia tidak akan berhenti jika belum tiga puluh menit menangis.

Donghyuck tidak pernah tahu jika hamil akan semenyusahkan ini. Jika konsekuensi dari kebebasannya dulu adalah semengerikan ini, Donghyuck pasti akan lebih berhati-hati. Donghyuck selalu menghibur dirinya bahwa ini bukan karma.

Hormon sialan, Donghyuck rasanya ingin mengutuk.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi, membuat Donghyuck langsung tersenyum lebar dan dengan semangat ia mengangkat sebuah panggilan video tersebut.

"Hai!" Donghyuck menyapa dengan suara kelewat nyaring, membuat kakaknya yang berada di dekatnya meringis sambil memegang telinganya.

"Hai, Hyuckie." Sapa Mark di seberang sana dengan tawa khasnya yang membuat Donghyuck kangen.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Donghyuck masih dengan senyum lebarnya.

"Aku baik, tentu saja. Bagaimana denganmu?" Mark menjawab.

"Tidak baik-baik saja, dan dia banyak menyusahkan selama tinggal di rumah." Donghyuck rasanya ingin menghantam wajah sang kakak ketika ia menjawab pertanyaan Mark dengan lancangnya yang seharusnya ditujukan padanya. Dan kakaknya itu hanya nyengir sambil menaikturunkan alisnya mendapat tatapan tajam dari sang adik.

"Apa?" Tanya Mark, terlihat bingung. Sayang sekali pria itu mendengarnya dengan jelas, dan Donghyuck terlalu lambat untuk memproses semuanya.

"Donghyuck, kau ada di rumah?" Mark bertanya lagi dengan ekspresi penasaran. "Tumben sekali kau pulang padahal bukan akhir pekan. Ini masih hari selasa 'kan di Korea?" Mark memastikan.

"Donghyuck memutuskan untuk berhenti kuliah." Masih dengan sikap lancangnya sang kakak menjawab pertanyaan Mark kembali. Dan Donghyuck rasanya ingin menghilang dari bumi saat itu juga.

Setelah mengumpulkan kewarasannya dan menunda kemarahannya Donghyuck akhirnya bisa bertindak lebih cepat, ia mematikan sambungan teleponnya dengan Mark tanpa mengatakan apa pun, danㅡmungkin akanㅡmembuat pria itu mati penasaran nantinya.

Donghyuck telah mengangkat sandalnya dengan tinggi, sudah siap untuk menghantam wajah Lee Taeyongㅡsang kakakㅡyang tersenyum penuh kemenangan padanya.

"Demi tuhan, Lee Taeyong brengsek. Aku tidak akan pernah memaafkanmu! Kubunuh kau sekarang juga, sialan!" Teriak Donghyuck, tetapi badannya terlalu berat untuk ia bawa berlari mengejar Taeyong yang dengan gesit berlari menghindari amukannya dan berlindung di balik punggung sang ibu.

"Hentikan," ibu datang dan memegang lengan Donghyuck lalu membawanya kembali duduk di sofa. "Kau akan membuat bayimu kesakitan jika bertindak seperti itu, Hyuck." Ibu dengan pelan mulai mengelus perut Donghyuck. "Kau harus lebih berhati-hati. Dan jangan mengumpat." Ibu memperingatkan putranya dengan lembut.

"Anak ini akan baik-baik saja, bu." Ucap Donghyuck sambil memutar kedua bola matanya dengan malas.

"Jangan panggil dengan sebutan anak ini, Hyuck." Desis ibu. Donghyuck membuang muka, tidak ingin mendebat ibunya.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang