Seven

1.5K 143 9
                                    

Donghyuck terbangun dan membuka matanya dengan perlahan ketika merasakan silaunya cahaya mentari yang menusuk matanya. Angin yang berasal dari luar berhembus cukup sejuk, membuat Donghyuck bisa mencecap rasa asin dilidahnya.

Lelaki itu kemudian mengerang pelan, kepalanya berdenyut sakit hingga Donghyuck pikir akan terlepas dari tubuhnya, dan perutnya terasa perih karena ia kelaparan tetapi ia merasa mual jugaㅡDonghyuck rasa itu adalah efek dari alkohol yang ia minum secara gila-gilaan semalam. Dan secara mental ia ingin menghajar dirinya karena hal itu.

Donghyuck menyadari bahwa ia terbangun bukan di kamar asramanya di kampusㅡia sering terbangun di tempat asing hingga membuatnya terbiasaㅡkarena ia tidak pernah melihat pemandangan seindah ini ketika ia terbangun dari tidurnya, terutama jika ia sehabis mabuk. Pemandangan laut di kejauhan dari jendela dengan suara deburan ombak yang menenangkan, dan matahari yang sudah terlihat kecil hingga muncul semburat oranye di langit. Donghyuck tebak mungkin ini masih sekitar jam enam pagi.

Ia memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya dengan perlahan karena masih merasa pusing, hendak keluar kamar dan mencari sarapan. Donghyuck membuka pintu kamarnya dan disambut dengan wangi makanan. Ia tersenyum puas saat tiba-tiba kenangan mengenai semalam membanjiri kepalanya, itu adalah pengalaman yang luar biasa, walaupun seperti biasaㅡ

"Donghyuck..."

Suara seseorang menginterupsi lamunan Donghyuck, membuatnya sedikit terperanjat kaget, dan dengan cepat ia mengenali si pemilik suara. Ah, Lee Cupu Jeno, dan sekarang ia juga dapat mengingat kejadian lain tentang semalam, membuat kenangan indah yang coba ia bayangkan tergantikan dengan ingatan buruk dan memalukan. Donghyuck memijat pelipisnya dengan pelan untuk menahan dirinya supaya tidak marah atau kesal karena sekarang moodnya tiba-tiba jatuh ke dasar jurang.

"Hi, selamat pagi." Donghyuck menyapa, pura-pura ceria dengan suara kelewat cempreng. Tidak lupa melirik ketiak Jeno yang terlihat seksi, dan berusaha untuk menahan dirinya supaya tidak menenggelamkan wajahnya di sana.

Jeno menaikkan sebelah alisnya, curiga. "Apa kau baik-baik saja?"

"Seperti yang kau lihat," ujarnya, sedikit melompat untuk membuktikan bahwa ia sehat. Dan masih dengan suara yang melengking hingga menarik perhatian beberapa di sekitarnya orang termasuk Renjun.

Renjun kemudian dengan cepat langsung berlari menghampiri Donghyuck dan memeluknya dengan erat, "Donghyuck, kukira kau sudah mati." Lelaki itu berujar dengan dramatis.

Donghyuck hanya mendengus sambil meniup leher Renjun.

Dan lelaki kecil itu memasang ekspresi marah, "lebih baik kau mati." Semburnya, menyesali kekhawatirannya pada lelaki bajingan macam Donghyuck. Renjun langsung mendorong tubuh lelaki itu menjauh.

"Sayangnya aku baik-baik saja." Kekeh Donghyuck. "Dan aku kelaparan, jadi lebih baik beri aku makan." Ia merajuk.

"Tentu, kau bangun di waktu yang tepat. Kita akan mengadakan pesta barbeque. Dan kita beruntung karena Jaemin sangat pandai memanggang daging." Renjun berkicau dengan riang, dan mengedipkan sebelah matanya pada Jeno lalu menyeret Donghyuck ke halaman belakang dengan paksa.

"Bukankah barbeque terlalu berlebihan untuk sarapan?" Donghyuck bertanya dengan muka polos.

"Aku tidak tidak tahu kau ini bodoh atau masih mabuk?" Renjun menaikkan sebelah alisnya. "Sarapan? Yang benar saja." Pekiknya.

Donghyuck balas menatap Renjun tidak mengerti. "Donghyuck ini sudah sore, tidakkah kau melihat matahari sudah terbenam?"

Donghyuck terkejut dan mulutnya menganga dengan dramatis. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama, dengan segera ia menyingkirkan masalah itu, Donghyuck masih berpikir bahwa makanan yang akan ia makan adalah sarapan, karena jam berapa pun dirinya bangun maka makanan pertama yang masuk ke dalam perutnya adalah sarapan baginya.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang