Fourteen

1.3K 128 12
                                    

Donghyuck menghela napas dengan lelah melihat Ariel yang hanya duduk di kursi makannya sambil mengacak-acak sarapannya dengan semangat dan bergumam tidak jelas menggunakan bahasa bayi. Ariel sepertinya tidak peduli dengan sang ayah dan semua keluhannya.

"Sayang, bukan seperti itu caranya." Donghyuck menghampiri putrinya dan membereskan kekacauan itu perlahan, memberitahu Ariel supaya bayi itu belajar untuk melakukan hal yang sama.

"Kau tidak boleh membuang makananmu, oke? Kau harus makan, kau harus tumbuh menjadi gadis yang pintar dan cantik jelita." Tambah Donghyuck sambil menyuapkan bubur bayinya untuk Ariel.

Tetapi Ariel hanya berteriak semakin semangat sebagai respon dari keputusasaan ayahnya. Dan menggelengkan kepalanya ke kanan dan kiri.

"Haruskah aku mengadukanmu pada Appamu?"

Ariel yang memahami kata Appa langsung berteriak dengan semangat. "Noo, appa, Noo!" Celotehnya sambil mengangkat kedua tangannya dengan semangat.

Donghyuck mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Renjun, aku sudah sangat kewalahan dengan tingkah putri kecil yang manis ini. Dia tidak mau menghabiskan makan siangnya." Ucap Donghyuck pada seseorang diteleponnya.

Raut wajah kecil Ariel seketika berubah menjadi keruh dan ia siap untuk menangis, membuat Donghyuck tertawa dengan gemas. Lalu dengan cepat ia membalikkan ponselnya dan menunjukkan wajah seseorang dari layar ponsel tersebut pada sang putri.

"Cilukba..." ujar seseorang dari seberang telepon.

Ariel yang mengenali suara tersebut menghentikan tangisnya, wajahnya berubah menjadi bersemangat kembali. "Appa! Noo appa!"

"Hai, princess." Jeno menyahut tak kalah semangat.

"Jeno Appa!" Ariel kembali berteriak membuat Donghyuck dan Jeno yang berada di dalam panggilan video itu terkejut.

"Sayang..." Donghyuck menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

"Jeno, dia mengucapkan kalimat pertamanya dengan benar." Ujar Donghyuck dengan mata berkaca-kaca menatap Jeno di dalam layar ponselnya.

"Appa sangat bangga padamu, sayang." Jeno ikut terharu.

"Appa, a-aku rindu..." Ariel sedikit terbata tetapi ia berbicara cukup jelas dalam mengungkapkan isi hatinya.

Jeno merasa terharu dengan pengakuan putrinya itu. "Appa juga merindukanmu. Appa akan mengunjungimu dan ayahmu nanti malam."

Ariel bersorak dengan girang. "Aliel menunggu."

Tanpa sadar Donghyuck menitikkan air matanya melihat manisnya interaksi mereka berdua. Donghyuck sangat bersyukur karena Jeno ada di sisi lelaki itu.

.

.

.

"Ayo sayang, kau pasti bisa.. langkahkan kakimu dengan perlahan." Jeno memberi semangat pada sang gadis kecil ketika ia berdiri, sedikit goyah dan ragu untuk melangkahkan kakinya. Kedua tangannya terulur ke depan mencari keseimbangan, berusaha meraih tangan Jeno yang terbuka, bersiap untuk meraihnya dan mendekapnya.

"T-takut..." si gadis kecil berujar, wajahnya terlihat ketakutan dan cemas.

Ariel menatap Jeno yang berjongkok tidak jauh darinya dengan tangan terbuka. Sementara Donghyuck duduk di atas sofa di ruang keluarga mereka sambil memegang sebuah kamera untuk mengabadikan langkah besar yang Ariel ambil malam itu.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang