Berita tentang murid baru kelas 11 MIPA 2 itu sudah tersebar dengan cepat. Entah sudah berapa kali Neza mendengar kata cantik dari cuap-cuap para siswa. Neza yang melangkah mencari Cho berada.
"Eh, lo tau kelas Jericho, Cho? Di mana kelasnya?" tanya Neza pada salah seorang siswa laki-laki. Namun, orang itu malah terdiam melihat wajahnya. "Lo tau atau nggak?!"
"E-eh, iya. Ada di sana kelasnya, lurus terus belok kiri aja. Pas disitu," balas laki-laki itu.
Neza hanya menatap datar. "Thanks."
Kemudian mengikuti arahan orang tadi.
Gadis itu melihat kelas itu melalui jendela, matanya terhenti di papan yang tergantung tertulis kelas 11 MIPA 2. Neza melangkah masuk seluruh pasang langsung tertuju pada dirinya.
Gadis itu menyugar rambut ombre abu-abu dengan baju bagian atas dua kancing terbuka, rok span pendek dan sepatu sneaker putih. Mata Neza menelusuri seisi kelas dan mencari tempat duduk. Neza mendekati salah satu gadis yang terduduk di depan.
Neza mengetuk mejanya sang empunya yang tengah membaca langsung menengadah.
"Tempat duduk Cho mana?" tanya Neza.
Gadis berambut pendek lengkap dengan kacamata itu menunjuk barisan pojok dekat tembok pada meja ke tiga dari depan.
"Ck, oke. Thanks." Neza langsung mengarah pada meja itu.
Melihat ransel di sebelah Cho. Neza langsung mengambil dan membuang ke meja sebelah. Ia terduduk meletakkan ranselnya. Baru saja terduduk Neza mendengar beberapa gadis berbisik membicarakan dirinya.
"Anjir, cantik banget."
"Gue takut cowo gue liat."
"Kaya artis korea gitu nggak sih?"
"Btw, kenapa dia langsung duduk di meja si cupu itu?"
"Kok ada manusia kaya Cho, udah cupu, bego pula. Percuma kalo orang kaya juga. Nggak guna."
Beberapa orang itu tertawa terbahak-bahak. Cho memang sering dibicarakan karena kebiasaan aneh karena terus membawa boneka sapi itu. Apalagi saat dibully oleh Rion dan gengnya, laki-laki itu hanya diam. Selain itu Cho juga tidak pinter karena itu Cho tidak punya teman.
Brak.
Neza menendang meja depan beberapa siswa yang sedang menjelekkan Cho tadi. Seketika mereka berteriak karena terkejut.
"Kalian ngomong gitu seakan paling cerdas di sini?!" ucap Neza sembari melipat kedua tangannya depan dada. "Gue sepupu Cho."
"S-sori, maksud kita bukan buat jelek-"
"Denger gue," tutur Neza pelan sembari menatap mata salah seorang gadis dan menghipnotisnya. "Pukul mulut lo, sebanyak lo ngomongin Cho." Kemudian Neza beralih ke tiga orang lainnya.
Neza tersenyum miring, ini akan sangat mudah bahkan tidak sampai empat puluh hari tugasnya sudah selesai. Setelah selesai, Neza langsung melangkah pergi kembali ke mejanya. Tika yang menjabat sebagai ketua kelas terkejut karena melihat empat temannya itu memukul kepalanya dengan buku tebal.
Bhak.
Bhak.
Bhak.
"Lo pada kenapa? Berenti, anjir!" Tika yang panik menyuruh beberapa teman laki-laki membantunya untuk menyadarkan empat temannya itu.
"Mereka kenapa, Tik?" tanya Bagus.
"Gue nggak tau, Gus. Pas gue datang mereka udah mukul kepalanya sendiri," jawab Tika. "Gue tanya si Nia juga di sibuk belajar." Sembari menunjuk seorang gadis yang tengah belajar di meja paling depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Days With Witch
Teen Fiction~ Teenfict, fantasy, drama ~ Neza terpaksa mengikuti perintah sang Ibu menyamar menjadi manusia selama 40 hari demi menyelamatkan Ayahnya yang sekarat. Pertemuannya dengan Cho merubah segalanya. Salah satu korban bully itu memiliki sifat berbanding...