Part. 4 | 40DWW 🪄

125 10 0
                                    

"T-tolong jangan bunuh gue, Kak," tutur gadis itu memohon sembari menggosok kedua telapak tangannya. Ia berlutut dihadapan asap hitam yang perlahan berubah menjadi seorang gadis bergaun hitam. "Gue bakal kembaliin uang itu."

"Telat. Sekarang gue minta bayaran dan itu adalah kaki lo. Ingat, itu perjanjian dan lo udah tanda tangan pake darah," jawab gadis berjubah hitam itu. Lalu melangkah mendekati gadis yang masih berseragam sekolah itu.

"Dasar penyihir jahat!" jerit gadis berambut panjang itu. Lantas bangkit berdiri, ia sudah lelah memohon.

"Lo tau gue penyihir jahat? Tapi, lo masih minta bantu penyihir?"

Siswi itu mendadak terdiam. "I-itu—"

"Benar, gue emang jahat. Tapi, apa bedanya sama lo? Lo mau uang pake cara mudah dan gue minta bayarannya. Bukanya kita sama? Mutualisme?"

"Nggak! Gue cuma minta uang. Kenapa bayarannya kaki?"

"Lo lupa ingatan ya? Lo yang minta Ayah lo mati dan hari ini dia akan mati."

"N-nggak, gue udah baikan sama Ayah. Gue nggak mau dia mati."

Penyihir itu kembali tersenyum miring. "Perjanjian nggak bisa dibatalin. Lo harus bayar hari ini juga."

Dengan cepat gadis itu kembali berlutut di hadapan penyihir. Matanya mulai memanas dan berkaca-kaca. Ia menggosok telapak tangannya, sembari memohon.

"Gue mohon jangan bunuh Ayah. Gue tau, gue salah tapi tolong jangan lakukan itu. Gue mohon," tutur gadis.

Penyihir itu merendahkan tubuhnya, jari jemarinya yang lentik dengan cat kuku hitam. Memegang wajah gadis muda itu mengarah ke kiri dan kanan.

"Mana wajah penuh dendam lo tiga hari lalu? Wajah penuh amarah sampai lo makan daging lahap," tutur Penyihir itu. "Manusia emang bodoh dan jahat. Mereka mau melakukan apapun untuk memenuhi keinginan mereka. Walaupun harus menghilangkan nyawa orang lain."

Sudah hampir lima kali gadis cantik bergaun hitam dengan jubah yang dilengkapi tudung ini melihat kematian manusia. Entah mereka kecelakaan atau bunuh diri. Itu adalah bayaran dari makanan dan permintaan yang akan dikabulkan nanti.

Restoran harapan, itu adalah nama restoran yang bukan hanya di jam dua belas tengah malam hingga pukul dua pagi. Mereka yang merasa kesusahan dan kesengsaraan bisa mendapat harapan kembali di restoran ini. Wyla--Ibu penyihir muda itu akan memasakkan menu yang sangat lezat dan kemudian menawarkan permintaan pada mereka. Bayaran akan diberikan saat mereka melakukan perjanjian.

Tiga hari setelah itu, permintaan mereka akan terpenuhi. Bayaran akan diberikan saat hari itu juga pada malam mereka datang. Bayaran yang di minta biasa anggota tubuh. Entah itu kecelakaan ataupun kesalahan mereka sendiri. Saat itu terjadi salah satu penyihir akan memantau mereka dari kejauhan.

"Sejauh apapun lo berlari, utang itu akan selalu ikut. Gue nggak peduli, walaupun lo nangis darah sekalipun. Janji tetap janji."

Penyihir itu mengarahkan tangannya ke leher gadis itu. Mengangkat tubuh gadis itu perlahan. Gadis muda itu meronta-ronta berusaha melepaskan tangan penyihir dari lehernya.

"Ada kata terakhir?"

"L-lepas, penyihir jahat!"

"Terima kasih atas pujiannya."

Tepat saat itu mobil sedan lewat, dengan cepat penyihir itu langsung melempar tubuh gadis itu ke arah jalanan. Tubuhnya menghantam bagian depan mobil begitu cepat hingga terpental.

Jeritan gadis itu membuat sang penyihir merasa senang. Penyihir itu langsung melayangkan tangan ke arah gadis itu yang sudah terbaring tidak berdaya, bersimbah darah. Asap hitam menghampiri gadis itu, berkumpul terlihat mengambil sesuatu dari dari sana. Setelah di rasa cukup, asap itu langsung kembali dari masuk ke dalam tubuh penyihir itu.

40 Days With WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang