Part. 27 | 40DWW 🪄

29 7 6
                                    

Neza melangkah menuju kamarnya yang berhadapan dengan Cho. Sejenak Neza menghentikan langkahnya tepat depan kamar. Sejujurnya Neza ingin melihat keadaan Cho, setelah kejadian tiga hari lalu itu. Sepertinya Neza akan menanyakannya besok.

Tepat saat Neza akan meraih knop pintu. Tiba-tiba terdengar suaru sesuatu yang terjatuh. Buru-buru Neza berbalik dan membuka pintu kamar Cho.

"Sapi, lo kenapa?" tanya Neza saat melihat Cho yang tengah membereskan kontak obat yang jatuh berantakan. "Kenapa muka lo?!" Buru-buru Neza mendekati Cho dan menangkup wajah Cho.

"Cho nggak apa-apa, kok, Princess."

"Siapa yang buat lo begini, sapi?" tanya Neza khawatir.

"Cho, nggak sengaja. Tadi Cho jatuh di sekolah."

Neza menarik sebelah tangan Cho dan menyuruhnya duduk di sisi ranjang. "Sapi, gue nggak stupid. Lo pikir gue percaya? Jawab yang jujur siapa yang buat lo begini?!"

Cho menunduk sejenak sebelum menjawab pertanyaan Neza. "Cho yang salah, Prin. Cho jujur ini semua salah Cho."

Neza mengerjap, kemudian menyibakkan rambutnya. Sungguh Neza benar-benar kesal sekarang. Kenapa selalu ada manusia bodoh yang halangi tugasnya. Neza sangat kesal dan marah sekarang.

"Lo itu kenapa bohong terus, sih?!" sentak Neza membuat Cho terkejut. "Sapi, gue itu ada karna lo. Siapapun yang lakuin jahat ke lo, itu urusan gue."

"Maaf, Princess."

"Gue nggak terima maaf dari lo. Apa lo tau, gue nahan sakit karna lo?!"

"Prin, maaf."

Gadis itu menarik tangan Cho dan membawanya ke dalam pelukan Neza. Lelaki itu terkejut, Cho melotot terdengar degup jantungnya yang berdetak dengan kencang. Perlahan perasaan Cho mulai tenang, kala Neza menepuk pelan punggungnya.

"Gue nggak terima maaf."

"Cho ... emang salah."

Neza menghela napas kasar, melonggarkan pelukannya. Kemudian menyahut perkataan Cho. "Diem. Jangan gerak, jangan ngomong. Lo ngomong gue bikin tambah sakit."

Neza menutup mata Cho dengan sebelah tangannya dan tangan satu lagi untuk menyembuhkan luka Cho dengan sihirnya. Selama beberapa saat Cho maupun Neza tidak melontarkan perkataan apapun.

"Tiga hari gue nggak deket lo aja begini. Apalagi nanti," ujar Neza kemudian memakaikan plester dan perban pada luka di lengan dan wajahnya. "Nyawa lo itu berharga, jaga baik-baik."

"Maaf, Cho bikin Prin khawatir terus."

"Sori, sapi."

"Nggak apa-apa, Prin. Bukan Princess yang salah."

"Gue bisa rasain apapun yang lo rasain. Jadi, lo nggak bakal bisa bohong sama gue."

"Cho bener-bener minta maaf, Prin."


Neza melonggarkan pelukannya. "Stop, ngomong maaf! Gue tolak."

"Princess, gimana sekarang? Udah baikan?" tanya Cho.

"Gue baik. Besok lo nggak usah masuk, istirahat di rumah."

***

Neza membuka helm full face-nya, menuruni motor hitam miliknya. Kemudian gadis itu mengambil ponsel pintar dari tas kecil dan meletakkan di telinga sebelah kiri. Lelaki itu benar-benar membuat dirinya naik pitam. Bisa-bisanya Rion menipunya.

"Halo, cantik. Gimana keadaan lo?"

"Kenapa Cho bisa luka gitu? Bocah! Lo di mana sekarang?"

"Gue salah, sori Richelle. Tapi, gue beneran pantau sepupu lo. Lo bisa tanya Cho langsung. Pas kejadian gue telat."

"Lo di mana sekarang? Lo di bar biasa, kan?"

"Richelle, plis jangan marah ya."

Neza langsung memutuskan panggilan itu sepihak, ia melangkah masuk menuju bar itu. Dentuman musik dan cahaya gemerlap mulai terasa. Sorotan matanya terhenti saat melihat Kevin yang terduduk di salah satu meja.

"Mana temen lo, Rion?" tanya Neza tiba-tiba membuat Kevin sontak menoleh. "Ada Rion, kan?"

Kevin yang tengah memegang gelas kecil itu, meletakkan kembali gelas itu. "Tumben lo cari Rion, kenapa?"

Neza yang masih berdiri tegap, melipat kedua tangan depan dada. "Di mana?!"

"Santailah, Nez. Dia tadi ke toilet belum balik."

"Thanks." Neza beranjak pergi menuju toilet. Gadis itu memasuki lorong yang tidak terlalu terang. Tiba-tiba seseorang menarik tangannya.

"Bocah! Lo ngapain-" mulut Neza langsung ditutup Rion.

"Sssttt ... lo cari gue kan?"

Neza menarik tangan Rion. "Lepas!"

"Lo datang di waktu yang tepat. Lo harus bantu gue sekarang."

"Kenapa?"

"Pura-pura jadi pacar gue."

"Nggak, gue tolak."

"Richelle, plis. Lo bisa minta apa aja sama gue. Asal lo bantuin gue kali ini."

"Apa?"

Rion menunjukkan pada dua orang yang tengah bercumbu mesra itu. "Itu calon tunangan gue dan gue tunangan Minggu depan."

"Oh, lo mau tunangan, tapi kenapa lo deketin gue, bocah? Sialan lo!" omel Neza lagi-lagi Rion menutup mulutnya dan Neza kembali menarik tangan Rion.

"Gue dipaksa tunangan sama dia. Gue cuma suka sama lo. Ini semua karna Ayah gue."

Neza mengangguk paham. "Hm, terus?"

"Gue mau batalin tunangan itu."

"Iya."

Neza yang berada di depan Rion, sorot matanya mengarah pada seorang gadis yang mengarah padanya dan Rion. Buru-buru Neza menarik sebelah tangan Rion agar bertukar posisi, Neza yang membelakangi tembok.

Gadis itu dengan cepat menarik tengkuk leher Rion dan mengarahkan tangan lelaki itu dipanggangnya. Neza mengecup bibir Rion dan menempelkan bibirnya. Rion yang terkejut hanya melotot sedangkan Neza memejamkan matanya menikmati aktingnya sekarang.

"Rion!" terik seseorang gadis yang berada di depan mereka.

Neza perlahan menjauhkan wajahnya dan menoleh pada sumber suara nyaring itu. "Lo siapa?"

Rion yang masih terdiam, ikut menoleh pada gadis itu.

"Lo yang siapa? Gue ini calon tunangannya!" sahut Sally-calon tunangan Rion. "Dasar cewe murahan!"

Neza melangkah mendekati Sally dengan tangan yang menyilang di depan dada, memperhatikan Sally dari atas sampai bawah. "Kayanya kebalik lo yang murah. Udah punya tunangan masih main sana sama cowo lain."

Baru saja Sally ingin melayangkan tangannya. Rion langsung menahan tangan Sally. "Lo pikir gue nggak tau, kalo lo masih pacaran sama tuh cowo bangsat?!"

"Rion, apa yang lo liat itu bohong. Gue udah nggak pacaran sama dia," mohon Sally.

"Gue bakal batalin pertunangan Minggu depan."

"Rion kenapa tega sama Sally?"

"Iya gue tega! Awalnya gue pikir lo beda dari yg lain. Ternyata lo sama aja."

Rion menarik tangan Neza hendak pergi. Dengan cepat Sally menahan tangannya dan menarik rambut Neza. Saat itu juga Neza melayangkan tamparan begitu keras pada sebelah pipi Sally.

Plak.

"Awh ... cewe sialan!"

Plak.

Dua kali Neza menampar Sally hingga gadis itu hampir terjatuh. "Ini pertama dan terakhir kita ketemu. Kalo kita ketemu lagi. Lo bakal abis sama gue."

Neza melangkah lebar pergi dari sana diikuti dengan Rion yang tersungging melihat Sally.

***

Langkah Rion terhenti saat mereka sampai di parkiran motor. "Richelle, lo nggak apa-apa, kan?" tanya Rion khawatir seraya memegang kedua bahu Neza. "Btw, akting lo keren juga."

Neza tersenyum tipis. "Ck, iya-iya."

"Ehm, soal tadi ...." Perkataan Rion terhenti seraya menyentuh bibirnya sekilas. "Gue lebih suka, kalo itu nggak termasuk akting."

"Hm?"

"Ma-maksud gue ... hm, kita nggak pacaran sekarang aja?"

Neza memukul lengan Rion cukup keras hingga mengaduh kesakitan. "Nggak, sepupu gue luka-luka karna lo."

Seketika raut wajah Rion menekuk bibir sedikit maju cemberut. "Maaf, cantik. Buat permintaan maaf sama makasih yang tadi, lo bisa minta apa aja sama gue."

Neza menepuk pelan ujung kepala Rion. "Thanks."

"Maksudnya?" tanya Rion menatap wajah Neza yang tengah tersenyum tipis kearahnya. Rasanya degup jantung lelaki itu semakin kencang.

Neza beralih memegang sebelah bahu Rion. "Besok lo bawa pelakunya ke rooftop. Gue nggak peduli siapapun dia."

"Richelle, lo serius?"

"Itu permintaan gue."







Tbc.


Hai, makasii yaa udah mampir. Vote, komen dan share cerita ini yaa (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

See you next part. (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)

40 Days With WitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang