Gadis di hadapannya ini terus menatap Neza. Entah, sudah berapa lama gadis dengan rambut kepang dua itu memperhatikan Neza. Dia melihat dari atas ke bawah, bahkan sampai dirinya terduduk. Sungguh membuatnya tidak nyaman.
"Ck, jadi lo ini siapa? Ada yang salah sama gue?" tanya Neza membuat Cho yang disebelah menoleh. "Kalo mata lo cuma buat liat gue itu nggak guna. Mendingan buat gue."
Gadis di hadapannya itu langsung merapatkan mulutnya. Kemudian mendeham kecil, sembari merapikan sedikit rambutnya.
"Lo beneran sepupu Cho? Gue nggak percaya," ujar gadis bernama Lena itu. "Dari pakaiannya kaya-"
"Kaya cewe nggak bener maksud lo?" potong Neza.
"Kalo mau manfaatin Cho dengan sok pahlawan, mendingan hadapin gue dulu!" tegas gadis itu seraya melirik pada Cho.
"Gunanya apa? Apa yang bisa dimanfaatin? Lo liat aja sendiri," balas Neza memperhatikan Cho yang sibuk makan roti dengan susu kotak di sebelahnya.
"Maksud lo? Dia bodoh gitu?" tanya gadis itu langsung berdiri.
Neza terkekeh kecil, menengadah sedikit. "Lo cuma temen, bantuin pas dibully juga nggak, kan? Pergi sana!"
Gadis itu lantas terdiam dan kemudian terduduk. Ia benar-benar kehabisan kata-kata, semua perkataan murid pindahan itu benar. Selama ini ia memang tidak berani membantu, gadis itu hanya bantu mengobati luka saja.
"Ngapain masih duduk? Nggak mau pergi?!"
"Kak Prin, Lena itu teman deket Cho. Dia yang nemenin Cho makan siang," sahut Cho.
"I-iya bener kata Cho. Gue yang nemenin dia makan siang," tambah Lena dengan sedikit takut. "Maaf ya."
Neza melipat kakinya, menyugar rambutnya. "Terserah."
"Makasih, Neza. Eh, k-kita belum kenalan tadi. Nama gue Darlenna, panggil Lena aja." Lena menarik sebelah tangan Neza, langsung ditepis Neza.
"Nggak usah pegang."
Lena langsung menjauh dan kembali makan. Cho yang melihat Neza tidak makan apapun selain minum kopi dalam kaleng itu.
"Kak Prin, nggak makan? Nanti Kak Prin, sakit. Cho, beliin ya?" tawar Cho.
"Nggak perlu, lo makan aja." Lalu Neza meneguk habis kopi itu.
Laki-laki itu mendorong mangkuk bubur ayam itu ke depan Neza. "Kak Prin, mau punya Cho aja? Nanti Cho beli lagi, masih banyak, kok."
"Nggak usah, sapi. Gue nggak makan," balas Neza mendorong mangkuk itu.
Lena yang berada di antara dua orang itu mulai kesal. "Cho, lo makan aja. Dia juga nggak mau, cepetan nanti keburu bel."
"Cho, takut nanti Kak Prin sakit perut. Cho beliin aja ya, Kak Prin." Cho pun bangkit berdiri.
Saat Cho melewati Neza. Gadis itu langsung menahan pergelangan tangan Cho. "Gue diet, duduk makan sekarang."
Cho yang terkejut langsung terdiam. Tangan Neza begitu dingin seperti memegang es batu. Benar-benar sangat dingin. Sontak Cho meletakkan telapak di dahi Neza. Seketika itu juga Neza benar-benar terkejut dengan tingkah Cho.
"Kak Prin, sakit?"
Perlahan Neza melepaskan pegangan di tangan Cho. Sentuhan laki-laki benar-benar aneh, rasanya seperti ada sesuatu. Karena penasaran Neza meletakan telapak tangannya di atas tangan Cho.
"Kenapa Kak Prin?"
Kesal dengan pemandangan di depannyan. Lena langsung menarik tangan Cho dan menyuruh kembali duduk. "Cho, lanjut makan yuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Days With Witch
Teen Fiction~ Teenfict, fantasy, drama ~ Neza terpaksa mengikuti perintah sang Ibu menyamar menjadi manusia selama 40 hari demi menyelamatkan Ayahnya yang sekarat. Pertemuannya dengan Cho merubah segalanya. Salah satu korban bully itu memiliki sifat berbanding...