Neza menaiki anak tangga dengan percaya diri. Rion yang berada di belakangnya semakin khawatir dengan permintaan Neza itu. Pasalnya Dika bukan tipe yang mudah mengalah walaupun itu dengan perempuan. Sifat Dika yang sangat Rion benci sejak dulu. Tepat depan pintu menuju rooftop langkah Neza terhenti, gadis itu mengikat rambutnya.
"Richelle, apapun yang lo lakuin nanti gue bakal lindungin lo," tutur Rion memegang sebelah bahu Neza. "Gue ada di belakang lo."
Neza mendecak kesal, kemudian menyingkirkan tangan Rion dari bahunya. "Buka."
Rion menarik knop pintu itu yang cukup keras. Silau matahari membuat mereka berdua sedikit terganggu. Neza pun melangkah masuk diikuti oleh Rion yang mengekorinya. Seorang laki-laki yang tengah menghisap rokok, sontak menoleh netranya terhenti melihat gadis cantik itu.
"Jadi, lo yang mau ketemu gue. Apa lo mulai tertarik sama gue?" tanya Dika kemudian membuang rokoknya dan menginjaknya. "Lo cantik banget setiap harinya."
Rion yang mulai terbakar emosi hendak memukul wajah Dika. Namun, Neza menahan tangannya. "Lo Dika, kan? Manusia sampah yang waktu itu paksa minta nomor gue?" tanya Neza.
Dika menarik ujung bibirnya, melangkah mendekati Neza dengan kedua tangannya di masukan ke dalam saku celana. Dika mengangguk kecil, "Ya, itu gue. Lo itu kenapa sombong banget, sih? Cuma nomor, cantik." Dika menyentuh dagu Neza.
Rion mendorong kasar Dika. "Bangsat! Jangan deket-deket, anjing!"
Neza menahan tangan Rion dan menariknya mundur. "Bocah, kunci pintu itu."
"Lo mau ngapain, Richelle? Pintunya nggak bisa buka, kalo dikunci dari sini," balas Rion menoleh pada Neza.
"Kunci sekarang!" bentak Neza membuat Rion terdiam dan langsung mengikuti perkataan Neza.
Bhak.
Neza menonjok perut Dika tiba-tiba. Hingga membuat laki-laki itu batuk-batuk. Sontak Rion menoleh karena suara pukulan itu. "Lo orang yang waktu keroyok sepupu gue? Lo belum puas dan lo pukulin dia lagi?"
"Jadi, lo tau ... ini nggak ada urusannya sama lo," balas Dika menahan sakit dibagian perutnya, namun Dika berusaha berdiri tegap. "Gue akui pukulan lo keras."
Plak.
Neza melayangkan tamparan keras sebelah pipi Dika hingga tercetak merah di sana. Rion mengerjap memperhatikan tamparan yang diberikan Neza. Aura Neza mendadak gelap, bahkan rasanya cuaca mendadak gelap dan mendung. Udara dingin mulai terasa di atas sini.
"Ck, lo salah pilih lawan, Dika," tutur Neza mengangkat ujung bibirnya.
Dika masih berdiri tegap menahan sakit di perut dan sebelah pipinya. "Ternyata, tuh cupu bener-bener pengecut. Dia nyuruh sepupunya yang cewe, buat lawan gue? Ck, gue nggak habis pikir."
Bhak.
Neza menonjok perut Dika lebih keras dari sebelumnya. Laki-laki itu pun oleng dan hampir terjatuh. "Pukulan yang bagus buat ukuran cewe cantik kaya lo."
Tidak berhenti di situ Neza mengangkat kaki jenjangnya dan menendang tepat di dada Dika. Hingga akhirnya lelaki itu terjatuh hingga menabrak kursi dan meja bekas di sana. Rion yang masih berdiri dekat pintu menganga dan bertepuk tangan sejenak, dirinya sungguh kagum dengan Neza.Neza melangkah pelan mendekati Dika yang sudah terduduk lemas, seraya menyilangkan tangan depan dada. "Segini doang? Lawan gue kaya lo pukul Cho."
Dika menengadah memandangi wajah Neza yang terlampau cantik bak dewi. Kemudian terkekeh kecil. "Sori, gue nggak bisa berantem sama cewe cantik, kaya lo, Neza."
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Days With Witch
Teen Fiction~ Teenfict, fantasy, drama ~ Neza terpaksa mengikuti perintah sang Ibu menyamar menjadi manusia selama 40 hari demi menyelamatkan Ayahnya yang sekarat. Pertemuannya dengan Cho merubah segalanya. Salah satu korban bully itu memiliki sifat berbanding...