Seorang gadis melangkah dengan percaya diri, dengan rambut yang diikat. Langkah demi langkah semakin cepat, Neza mencari keberadaan Cho. Sejak kejadian semalam Cho mendadak terdiam dan tidak ingin bertemu dengannya. Bahkan Cho berangkat sekolah duluan.
Dari jarak beberapa meter dari koperasi yang mengarah ke belakang sekolah. Terdengar suara teriakan yang cukup membuat Neza terkejut, seraya menahan panas yang bersumber dari kalung itu. Tiba-tiba Neza terhenti menahan dirinya dengan bersandar pada tembok. Napas gadis itu naik turun, Neza kembali melangkah menuju sumber suara.
Saat sampai di belakang sekolah, Neza merasa ada yang aneh. Sudah tidak ada suara teriakan, bahkan sudah sepi. Namun, pandangannya terhenti pada seseorang yang tergeletak dan tengah berusaha bangkit berdiri.
"Cho!" panggil Neza dengan suara rendah. "Siapa yang buat lo begini? Kasi tau gue." Neza menghampiri Cho, membantunya bangun.
Namun, Neza didorong dan Cho tidak membalas perkataan Neza sama sekali. Sembari memegang dadanya gadis itu berusaha kembali mendekati Cho.
"Sialan! Gue mau bantuin lo, sapi!" omel Neza. Lagi-lagi tubuh Neza di dorong.
"Cho, nggak mau jadi jahat," ujar Cho pelan menahan rasa perih di ujung bibirnya. "Cho, nggak mau."
Cho sudah berhasil berdiri, dengan kedua kakinya bergetar karena tendangan kakak kelasnya tadi. Sejujurnya Cho masih marah pada Neza, namun Cho mengulurkan tangannya untuk membantunya Neza.
Gadis itu menepis tangan Cho, berusaha bangkit berdiri sendiri dengan bantuan meja bekas. "Emang sialan lo! Gue baik tapi lo begini."
"M-maaf, Kak Prin, Cho—"
Neza langsung menarik tangan Cho dan mengajaknya ke UKS. Laki-laki itu tidak berniat menolak dan mengikuti langkah Neza yang semakin melambat. Saat hampir sampai di ruang UKS, Neza mendadak terjatuh dan tidak sadarkan diri.
"Kak Prin," ujar Cho seraya menepuk pelan pipi Neza. "Kak Prin, maaf Kak—"
Tiba-tiba seseorang datang dan langsung mendorong Cho hingga tersungkur ke samping. Laki-laki itu langsung menggendong Neza dan membaringkan di bangkar UKS.
"Heh! Lo ngapain diem bangsat?! Cepet panggil siapa kek," ujar Rion.
"I-iya, Kak." Buru-buru Cho berlari keluar UKS.
Rion menarik kursi di sebelah bangkar dan terduduk di sana. "Ck, punya sepupu cupu kaya dia pasti nyusahin. Kasian banget cewe gue."
Neza mulai tersadar dan membuka matanya perlahan. Kemudian melihat sekelilingnya.
"Mana si Cho?" tanya Neza yang baru saja sadar. "Ngapain lo di sini?"
Rion tersenyum tipis, seraya bersandar pada kursi itu. "Gue yang nolongin lo. Kenapa malah tanya si cupu?"
"Sialan! Lo yang mukul Cho, kan?!" tuduh Neza seraya menarik baju seragam Rion.
Rion menahan tangan Neza sembari tersenyum tipis. "Lo itu anak baru, belum tau seluk beluk sekolah ini. Lo pikir, gue doang yang suka bully sepupu lo?"
Neza melepaskan tangan dari baju seragamnya dan mendorong tubuh Rion cukup keras, hingga kursi itu terdorong ke belakang. "Kuat juga lo, padahal lagi sakit. Gimana keadaan lo?"
Neza berusaha duduk, namun Rion menahan tubuh gadis itu dan kembali tertidur. "Diem dulu, kek. Lo lagi sakit juga."
"Gue nggak lemah. Lo pikir, gue manusia lemah? Minggir!" balas Neza berusaha untuk turun dari bangkar dan berdiri.
Rion langsung menarik tangan Neza dan terduduk di pangkuannya.
"Lepas nggak?! Sialan lo!" omel Neza.
KAMU SEDANG MEMBACA
40 Days With Witch
Teen Fiction~ Teenfict, fantasy, drama ~ Neza terpaksa mengikuti perintah sang Ibu menyamar menjadi manusia selama 40 hari demi menyelamatkan Ayahnya yang sekarat. Pertemuannya dengan Cho merubah segalanya. Salah satu korban bully itu memiliki sifat berbanding...