8. Gadis Asing

2K 597 78
                                    

Hari ini, entah mengapa, Justin merasa tidak bisa bekerja dengan tenang. Sudah beberapa minggu ini, ia sering pulang malam dan berangkat lebih pagi dari biasanya.

Tepatnya, sejak ada Lidya di rumah. Ia sedang sangat sibuk. Banyak klien baru yang harus ia temui, dan juga acara ramah tamah hampir setiap malam untuk membicarakan bisnis mereka.

Ia tidak mungkin menolak meskipun sebenarnya dirinya ingin. Beruntung sudah ada Lidya di rumah sehingga Justin bisa bekerja dengan lebih tenang, dan pulang lebih malam daripada biasanya.

Namun hari ini, ia merindukan anaknya dan sedikit gelisah. Tadi pagi Justin berangkat ketika anaknya belum bangun tidur. Dengan tergesa-gesa, ia pamit setelah mencium pipi putranya, dan berpesan pada Lidya untuk membeli susu karena ia belum sempat melakukannya. Susu yang biasa Tyler minum. Ia juga menyebutkan merk tersebut dengan jelas.

Seharusnya itu tidak akan menjadi masalah kan? Tyler tidak pernah mau minum susu selain yang sering diminum bocah itu, dan biasanya Justin memiliki banyak stok. Ia hanya belum sempat berbelanja. Namun, ia yakin itu tidak akan menjadi masalah bagi Lidya. Gadis itu tampak bisa menjalani pekerjaannya dengan baik.

Lagipula, tampaknya pengasuh itu bisa memenangkan hati Tyler. Justin selalu mendapati rumahnya dalam keadaan rapi ketika pulang bekerja. Saat menelepon, ia juga sering mendapati Lidya melaporkan jika anaknya tidur siang.

Itu jelas kemajuan yang bagus, Tyler sangat jarang tidur siang, kecuali jika anak itu di rumah Beatrice. Seharusnya hari ini juga akan berjalan lancar seperti itu. Namun, entah mengapa Justin sangat ingin pulang sekarang, dan memastikan putranya baik-baik saja. Kenapa ia merasa tidak enak seperti ini?

"Erin, apa jadwalku hari ini? Siapa saja yang harus aku temui?"

"Hari ini jadwal Anda longgar, Mr. Mills. Tidak ada klien yang ingin bertemu."

Bagus!

"Aku ada keperluan di luar. Kau terima saja semua berkas atau telepon yang masuk, dan laporkan padaku besok."

Tanpa menunggu jawaban Erin, Justin memutuskan sambungan teleponnya, dan meraih jas yang ia sampirkan di kursi. Ia keluar kantornya, kemudian melambai pada Erin tanpa bicara apa-apa.

Justin bisa menebus kesibukannya selama beberapa hari ini dengan bermain bersama Tyler hari ini. Ternyata menjadi ayah yang baik memang sangat sulit. Apalagi untuk pria lajang sepertinya. Tentu saja, ia masih bisa menyebut dirinya lajang meskipun sudah pernah menikah kan?

Bahkan setelah hampir empat tahun menjadi ayah, kadang-kadang Justin masih melakukan hal yang menurutnya sangat egois ini. Terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kehidupan pribadinya sendiri.

Saat masih menikah, Justin dan istrinya juga sering pergi berlibur berdua dan menitipkan Justin ke rumah orang tuanya. Atau ketika mereka ingin menghadiri pesta yang sering diadakan oleh komunitas istrinya.

Setelah bercerai, Justin kadang keluar bersama Devon. Kadang ia akan pergi memancing, atau bersenang-senang seperti yang sudah dilakukannya beberapa kali minggu ini.

Justin tahu seharusnya ia tidak seperti itu, tetapi ada sisi lain dirinya yang ingin bebas, dan melakukan apa yang ia inginkan. Suatu hal yang sudah sejak lama ia tahan demi Tyler. Menjadi ayah, terlebih tunggal, memang tidak pernah mudah.

Rumah tampak sepi dan baik-baik saja ketika mobilnya masuk ke garasi. Berkendara dari kantornya di pusat kota Seattle ke rumahnya di Ellensburg, sebenarnya adalah sesuatu yang melelahkan.

Jika bukan karena Tyler, ia akan lebih senang tinggal di apartemennya sendiri di Seattle. Mungkin nanti, ketika Tyler sudah sedikit lebih besar, ia bisa mengajak putranya pindah. Lidya pasti juga akan lebih senang tinggal di kota besar daripada di Ellensburg.

Cinta Duda Seksi & Pengasuh KikukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang