16. Dia Tidak Seburuk Itu

2K 533 116
                                    

Justin cemberut mendengar apa yang dikatakan anaknya. Nakal? Ia nakal pada Ana? Astaga, Tyler! Itu konyol! Mereka bukan anak-anak. Galak iya, nakal jelas tidak.

Selama beberapa saat, tidak ada dari mereka berdua yang berbicara. Justin menyuap pancake-nya dengan tenang, sementara Ana...yah...beberapa kali potongan pancake yang ada di tangannya jatuh ke tanah dan terbuang sia-sia.

Ya Tuhan, benarkah keadaan gadis ini separah itu? Hanya menyuap pancake saja dia tidak bisa melakukannya dengan benar?

"Ck... duduklah lebih dekat, sehingga pancake-mu tidak terbuang sia-sia!" seru Justin dengan sedikit ketus.

Gadis itu tersentak dan mengangguk, lalu memajukan kursinya seraya berbisik, "ma...maafkan saya."

"Kau takut padaku?"

Ana tetap menunduk menatap pancake-nya yang sekarang tengah ia potong kecil-kecil. Cara makan gadis ini bahkan sangat mirip dengan Tyler. Ana tidak mungkin saudara jauh Channing atau Claire kan?

"Ana, aku bicara padamu," kata Justin lagi saat Ana hanya diam saja.

Nama itu terasa menggoda di bibir Justin. Ia membayangkan dirinya meneriakkan nama itu ketika dirinya mencapai klimaks.

Sial, Justin! Kau harus fokus pada pembicaraan ini! Hentikan pikiran konyolmu! Gadis ini, Ana! Si kikuk dan kumal!

Entah karena nada tegas yang ia gunakan, atau karena gadis itu terkejut, Justin mendengar Ana terkesiap. Ia menoleh pada gadis itu, dan Justin merasa bias.

Gadis ini bukanlah gadis tercantik yang pernah ia temui, wajahnya bahkan cenderung biasa-biasa saja, tetapi sisa-sisa warna kemerahan di pipinya belum hilang, dan itu membuatnya tampak sangat menggemaskan. Wajahnya juga tidak mulus, bahkan terlihat banyak freckles di hidungnya.

Namun, Justin mendapati dirinya gatal ingin mencium freckles-freckles itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun, Justin mendapati dirinya gatal ingin mencium freckles-freckles itu. Pikiran macam apa itu? brengsek! Ini pasti karena ia tidak pergi ke klab selama berhari-hari. Devon ternyata benar, sekali ia pergi ke tempat itu, dirinya akan ketagihan.

Ana menunduk dengan wajah semakin memerah, sementara Justin meraih gelasnya dengan cepat, dan mengumpat saat gelas itu jatuh ke tanah. Ana membungkuk untuk mengambil gelas yang kini sudah kosong itu, kemudian terkikik geli.

"Aku pikir hanya aku satu-satunya yang kikuk," bisiknya pelan, lebih kepada dirinya sendiri, tetapi Justin mendengarnya.

"Aku tidak kikuk! Gelas itu licin," katanya membela diri.

Gadis itu mendongak padanya dan menyeringai.

Sial! Cengiran polos itu membuat celananya terasa sesak. Dia tidak pernah bergairah secepat ini. Hanya karena sebuah cengiran! Brengsek, Ana!

"Anda baik-baik saja? Wajah Anda memerah," ucap Ana sambil menyerahkan gelas baru untuknya.

Justin meraih gelas itu, menandaskan isinya dengan cepat, dan mengangguk. Ia mengamati Ana yang kini sibuk kembali dengan pancake-nya.

Cinta Duda Seksi & Pengasuh KikukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang