Apa yang Justin katakan memang benar. Tyler tampak berbeda dari yang terakhir kali Ana ingat. Senyum Tyler tidak sama lagi seperti dulu, dan mata itu, mata yang dulu selalu bersinar ceria, sekarang tampak redup.
"Apa yang terjadi padamu, Sayang?" bisik Ana sambil merangkum wajah mungil Tyler dengan kedua tangannya.
Wajah itu bahkan terlihat semakin kecil sekarang. Air mata Ana jatuh tanpa bisa ia tahan. Tyler tidak seharusnya mengalami hal ini. Ana seharusnya tetap bertahan di sini dan tidak pernah pergi. Tidak peduli apa yang Justin katakan padanya. Ia menyesal karena menjadi seseorang yang sangat egois.
"Bibi Ana, aku merindukanmu," balas Tyler sambil kembali memeluk Ana dan menangis tersedu-sedu. "Jangan pergi lagi. Jangan tinggalkan aku."
Suara Tyler bahkan terdengar begitu memilukan. Ana tidak tahu apakah ia akan bisa pergi lagi nanti setelah tahu bahwa anak ini memang tidak baik-baik saja. Separuh hatinya sudah menjadi milik Tyler sejak ia bertemu anak ini untuk pertama kalinya. Bagaimana ia akan bisa pergi nanti?
"Kau mau pie? Aku membuat pie blueberry yang sangat enak. Kau mau mencobanya?" tanya Ana beberapa saat kemudian dengan suara serak, sambil menghapus air matanya.
Tyler melepas pelukannya, kemudian mengangguk dan mereka bergandengan tangan untuk masuk ke dapur. Semua orang yang sedang menonton mereka tersenyum haru menyaksikan momen itu. Ana tebak, anak ini juga pasti tidak mau makan. Berat badan Tyler merosot drastis.
Ana membuka keranjang dan mengeluarkan pie yang ia panggang di rumah. Ia hanya perlu menghangatkannya sebentar sebelum menyajikannnya pada Tyler.
"Kalian mau juga?" tawarnya pada orang-orang, yang disambut anggukan, lalu masing-masing duduk di kursi makan, sementara Beatrice menghampirinya untuk menyiapkan teh.
"Sudah berapa lama ini terjadi?" bisik Ana pada Beatrice yang sedang menjerang air.
Beatrice menatapnya dengan sedih. "Sejak kau pergi, anak itu sudah berubah. Aku juga jarang mengunjunginya. Justin melarangku." Kalimat terakhir Beatrice ucapkan dalam bisikan yang lebih lirih.
"Maafkan aku, seharusnya aku memberitahumu nomor baruku. Aku..."
Beatrice tersenyum dan menggeleng. "Bukan salahmu, Sayang. Justin memang sudah keterlaluan."
Ana melirik Justin yang tengah menatapnya, hingga ia kembali menunduk, lalu pura-pura memeriksa pie-nya. Ia masih ingat bagaimana pria itu memeluknya. Ana bahkan bersumpah jika ia merasakan Justin mencium rambutnya. Apa pria itu merindukannya?
Tidak! Ana menggelengkan kepalanya. Itu pasti hanya karena Justin terlalu impulsif. Pria itu takut terjadi apa-apa pada Tyler jika ia tidak datang. Ia bisa merasakan tubuh Justin yang gemetar saat memeluknya. Pria itu ketakutan.
"Ini pie-mu. Habiskan, okey? Bibi membawa banyak makanan untukmu," ucap Ana sambil meletakkan piring di hadapan Tyler dan mengusap kepala bocah itu dengan penuh kasih sayang.
Ia tersenyum haru saat melihat Tyler makan dengan lahap, sementara Beatrice melayani para orang dewasa.
Ana melirik Harvey yang menghabiskan pie-nya dengan cepat. Pria itu kelelahan dan butuh istirahat, tetapi di mana ia bisa menyuruh Harvey tidur?
Seolah tahu isi pikirannya, Beatrice mendekat pada Harvey dan berkata, "aku akan menyiapkan kamar tidur untukmu. Kau pasti kelelahan setelah menyetir sejauh itu."
Harvey tersenyum lebar. "Oh, Anda begitu murah hati, Ma'am. Aku memang sangat ingin tidur."
"Kau juga perlu istirahat, Ana. Kamarmu masih..."
"Tidak. Aku tidak lelah. Aku akan menemani Tyler," tolak Ana.
Ia tidak ingin tidur. Terlebih, ia tidak ingin menyia-nyiakan waktunya bersama Tyler padahal ia tidak tahu berapa lama ia akan berada di sini. Ana hanya ingin berada di samping Tyler selama mungkin sampai akhirnya ia akan pulang.
![](https://img.wattpad.com/cover/205171929-288-k23424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Duda Seksi & Pengasuh Kikuk
RomanceVERSI LENGKAP TERSEDIA DI KARYAKARSA DAN PLAYSTORE ___ Justin Sky Mills, duda anak satu yang tidak ingin lagi menjalin hubungan karena peristiwa di masa lalunya yang masih meninggalkan bekas luka hingga saat ini. Ia lebih memilih untuk membesarkan...