37. Kecemburuan

1.8K 470 56
                                    

"Kapan kita akan pulang? Aku sudah bosan di sini."

Ana, yang sedang membuat waffle, menoleh pada Harvey yang tengah meminum kopinya dan berkata, "kita baru saja sampai kemarin. Tyler masih merindukanku dan mungkin akan sulit baginya untuk melihatku pergi lagi."

"Alasan. Aku tahu bukan itu yang membuatmu tetap ingin berada di sini," ucap Harvey dengan bibir yang berkerut kesal.

"Apa yang kau ketahui?" Tanya Ana sambil menatap Harvey dengan curiga. "Apa kau menguping?"

Kamar yang Harvey tempati berada di sebelah kamar tidur Tyler. Mungkin pria itu mendengar apa yang Justin katakan padanya kemarin.

Harvey memutar bola matanya. "Dia mengatakan sesuatu padamu kan? Karena dia mengakui sendirinya perasaannya padamu di hadapanku tadi malam. Itu 'kan yang sebenarnya membuatmu berat untuk pergi?"

Ana menghela napas dan melanjutkan membuat waffle-nya. Hari masih begitu pagi dan belum ada satu orang pun yang terbangun selain mereka berdua. Sejak tinggal di Green Bluff, Ana terbiasa bangun pagi-pagi sekali untuk memasak sarapan bagi Harvey karena pria itu harus sarapan dulu sebelum pergi tidur setelah semalaman menjaga ternak atau ladangnya.

Apa benar yang Harvey katakan? Apa Tyler hanya sekedar alasan yang membuatnya ingin tetap di sini? Apa ada hal lain yang membuatnya ingin tetap berada di rumah ini?

Ketika Justin mengatakan bahwa pria itu mencintainya, seluruh tubuh Ana ingin menjerit dan melarang pria itu untuk jatuh cinta padanya. Ia adalah buah terlarang yang seharusnya tidak pernah dicicipi oleh pria itu. Ia kotor dan miskin yang sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Justin. Ataupun keluarga ini.

Belum lagi fakta yang ia sembunyikan tentang ayah tirinya. Pria yang telah membuat Tyler kehilangan orang tua kandungnya. Ia tidak bisa menjalin hubungan apapun dengan Justin selain seperti ini.

Namun, ketika Justin keluar dari kamar Tyler dengan wajah sedih, hati Ana terasa sangat sakit. Terlebih ketika pria itu berkata untuk tidak usah memperhatikan perasaannya.

Ana tidak ingin membalas perasaan Justin. Terutama karena ia tidak ingin percaya bahwa pria itu benar-benar mencintainya, tidak akan pernah menyakitinya, dan tidak akan meninggalkannya.

Apalagi setelah pria itu mengetahui tentang masa lalunya yang buruk. Apa yang membuatnya menjadi gadis pincang dan kikuk seperti sekarang, juga apa yang dilakukan ayah tirinya.

Tidak akan ada pria yang benar-benar mencintainya setelah itu. Justin akan pergi seperti yang pernah ia alami dulu. Ia akan ditinggalkan dan sendirian.

Dad bilang mencintainya, tetapi pria itu meninggal dan membuatnya harus hidup dalam penyiksaan ayah tiri yang tidak pernah mencintainya dan memperlakukannya dengan buruk.

Harvey bilang menyayanginya, tetapi pria itu juga pergi saat itu karena perceraian orang tuanya.

Tidak ada jaminan bahwa Justin tidak akan pergi kan? Terlebih, mereka adalah dua orang yang begitu berbeda. Apalagi, dirinya juga tidak sempurna. Dengan kaki pincang ini, Justin hanya akan malu kepadanya.

Jauh berbeda dengan mantan istrinya yang seorang model itu. Mereka berdua pasangan serasi. Ia hanya akan tampak seperti itik buruk rupa di samping pria sempurna seperti Justin. Ia selalu akan menjadi aib. Sama seperti yang ayah tirinya katakan padanya.

"Ini benar-benar karena Tyler, Harv. Anak itu membutuhkanku," jawab Ana akhirnya setelah Harvey terus saja menatapnya dengan pandangan penuh selidik itu. Si keras kepala yang tidak pernah berubah sejak dulu.

"Ternak dan ladangku juga membutuhkanku, Sweetie pie."

Ana menoleh pada Harvey dan melotot. "Ternakmu sudah ada yang mengurus!"

Cinta Duda Seksi & Pengasuh KikukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang