23. Sebuah Ciuman

2.1K 471 75
                                    

Part 22 bisa dibaca di KaryaKarsa yaaa... 

Tiga ribu rupiah ajaah!

Part baru belum pernah publish di manapun

---

"Kau benar-benar tidak mau tinggal bersama Daddy-mu lagi?" tanya Ana untuk ke sekian kalinya hari itu dan selalu disambut dengan gelengan kepala anak tersebut.

Setelah kehebohan yang terjadi dua hari lalu, kerumunan wartawan kini telah mereda sepenuhnya. Kemarin, Tara mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasi berita tersebut.

Namun, meskipun Justin sudah boleh datang ke rumah ini, Tyler masih belum mau menemui pria itu, apalagi diajak pulang bersama. Tentu saja Tyler tidak tahu kehebohan yang baru saja terjadi, anak itu hanya masih belum bisa melupakan apa yang Justin lakukan dua hari lalu.

"Tapi Daddy-mu tinggal sendirian di rumah itu. Apa kau tidak kasihan? Dia mungkin ketakutan saat malam hari."

Kembali Tyler menggeleng dengan tegas. "Aku tidak mau tinggal di sana. Aku mau di sini bersama Nana dan Dadda."

Ana menghela napas lelah dengan kekeraskepalaan Tyler. Sudah sejak tadi ia merayu anak itu untuk pulang bersama Justin, tetapi Tyler selalu menolak. Ia bahkan tidak mau bertemu ayahnya itu.

Beatrice dan Adam juga tidak mau repot-repot merayu Tyler agar mau pulang bersama Justin. Yeah, tidak hanya Tyler yang marah, tetapi juga kedua orang tua itu.

Bagi Tyler, ini mungkin terlalu berat. Dan satu yang baru Ana ketahui dari bibir Tyler kemarin adalah, bahwa ia melihat apa yang dilakukannya ayahnya bersama wanita itu di dalam mobil.

Ana dihantam lagi oleh rasa bersalah. Mereka sebagai orang dewasa terlalu asyik mengintip hingga tidak tahu jika Tyler juga bisa menyaksikannya dari tirai jendela yang terbuka.

Hal itu mengingatkan Ana pada masa kecilnya dulu, ketika ibunya mulai berhubungan dengan pria itu. Ibunya dan pria itu akan bercanda, terkikik seperti anak remaja, lalu berciuman dengan ganas hingga berakhir dengan baju ibunya yang beterbangan. Dan Ana membenci semua itu termasuk ibunya sendiri.

Tidak seharusnya Mom berciuman dengan pria lain di bawah atap rumah milik Dad. Foto Dad bahkan masih tergantung di atas perapian. Namun, Mom tidak pernah peduli akan hal itu dan mengulangi perbuatan itu lagi dan lagi hingga akhirnya Mom dan pria itu menikah.

Ana masih ingat betul perasaannya hari itu sampai detik ini. Rasa marah, kecewa, merasa dikhianati, dan masih berduka untuk Dad. Akan tetapi, Mom mengabaikan semua rengekannya, juga semua protes tak setuju ketika Mom berkata akan menikah lagi.

Semua fakta yang ia katakan bahwa pacar ibunya itu tidak menyukai dirinya, juga tidak ia dengarkan. Mom malah menuduhnya berbohong.

Dan ia tidak ingin Tyler merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakannya dulu. Hidup seperti di dalam neraka karena semua siksaan dan pelecehan yang ia terima dan masih tidak dipedulikan oleh ibunya sendiri. Cukup hanya dirinya yang boleh mengalami masa kecil yang buruk seperti itu, jangan Tyler.

"Kalau begitu kau boleh menginap lagi di sini malam ini," ucap Ana sambil tersenyum. "Tunggu di sini sebentar. Bibi akan bilang pada ayahmu kau tidak mau ikut pulang."

Ia mencium kening Tyler dan meninggalkan anak itu di kamarnya sebelum turun menemui Justin.

"Pulanglah. Dia tidak mau ikut pulang bersamamu."

Justin menyugar rambutnya yang berantakan dengan frustasi. Pria itu tampak lebih tua beberapa kali hanya dua hari setelah berita itu muncul di mana-mana. Seharusnya Justin sadar dengan siapa ia berhubungan, dan bersikap hati-hati.

Cinta Duda Seksi & Pengasuh KikukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang