21. Mungkin Ini Takdir

2K 505 129
                                    

"Jadi bukannya mengusir wanita jalang itu, kau malah mempertontonkan hal menjijikkan yang mungkin saja dilihat tetanggaku dari balik jendela mereka?"

"Kami berada di dalam mobil."

"Mobil dengan kaca yang sangat terang! Tidak usah heran jika besok namamu akan muncul di koran!"

Justin hanya terdiam mendengar omelan ayahnya itu karena tahu itu memang salahnya. Ia tidak bisa menahan diri pada godaan Tara, dan kini tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Di satu sisi, ia ingin hidup bahagia lagi bersama Tara seperti dulu. Namun, di sisi lain ada Tyler yang juga sangat ia cintai, dan pasti akan sulit untuk menerima Tara lagi.

Jika Justin ingin hidup seperti dulu lagi, ia harus bisa membuat Tyler memaafkan Tara. Urusan orang tuanya yang tidak menyukai Tara, itu tidak terlalu ia pikirkan. Justin sudah dewasa dan bisa mengatur dengan siapa ia akan menikah atau hidup bersama.

Lagipula, selama menikah dengan Tara, orang tuanya memang jarang mendatangi kediamannya, atau sekedar mengundang ia dan Tara makan malam bersama.

"Aku ingin melihat Tyler," kata Justin tanpa membalas perkataan ayahnya.

"Tidak bisa!" raung Adam. "Dia melihatmu dan wanita sialan itu berciuman."

Oh, astaga! Kenapa ia tidak memikirkan hal itu tadi? Tara benar-benar membuatnya gila dan hilang akal hanya dalam waktu sekejap. Sial! Seharusnya tadi ia membawa mobil berkaca gelap kan? Atau ia bisa masuk ke mobil Tara dan menciumnya di sana.

Atau yang lebih baik lagi, kau tidak menciumnya! Seru batinnya dengan sinis.

"Dad, aku..."

"Aku benci Daddyy!!!" jeritan Tyler terdengar dari puncak tangga. "Aku tidak mau tinggal bersama Daddy!!" tambahnya lagi, dan kembali menghilang ke kamarnya di rumah ini.

Justin mengamati Ana yang langsung berlari naik ke kamar anaknya. Ia menunduk seraya menopang kepalanya dengan dua tangan. Seharusnya ia bisa menolak Tara. Bahkan meskipun ia masih mencintai Tara, memang tidak sepantasnya mereka berciuman di pinggir jalan seperti tadi. Walaupun itu dilakukan di dalam mobil. Lingkungan ini tidak memiliki pagar tinggi yang menutupi rumah-rumah di sekitarnya.

"Puas kau sekarang?"

Adam meninggalkannya dan keluar melewati pintu dapur, lalu membanting pintunya hingga bergetar. Ayahnya benar-benar marah, dan Justin tidak tahu apa yang harus ia lakukan agar Tyler memaafkannya.

"Seharusnya kau berhati-hati dalam semua tindakanmu, terutama jika kau tahu ada anakmu di sekitarmu. Kau seorang ayah sekarang." Beatrice meletakkan secangkir teh di hadapannya dan duduk sambil menatap Justin.

"Mom, aku benar-benar tidak bisa mengontrol diriku sendiri tadi. Aku..."

"Kau masih mencintai wanita itu?" potong Beatrice sebelum Justin selesai bicara.

Justin mengangguk. "Aku pikir aku sudah melupakannya, tetapi ternyata..."

"Ya, itu sudah cukup. Tidak perlu kau jelaskan panjang lebar lagi. Perbuatanmu tadi sudah menunjukkan jawabanmu dengan sangat jelas. Apa kau berniat rujuk dengannya?"

"Ini masih terlalu cepat, Mom. Banyak hal yang harus kami bicarakan. Terutama mengenai Tyler."

Tidak hanya mengenai Tyler sebenarnya, melainkan ada banyak hal yang harus mereka bicarakan. Termasuk semua harta yang Justin miliki, karena ia tahu wanita seperti apa Tara. Ia tahu pasti Tara menginginkan hartanya walaupun wanita itu tadi berkata tidak menginginkan hal itu.

Bukan berarti ia pelit, tetapi dengan yang pernah terjadi di antara mereka dulu, Justin harus lebih berhati-hati melangkah sekarang.

"Apa kau bahkan masih peduli pada perasaan Tyler?"

Cinta Duda Seksi & Pengasuh KikukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang