11. Bencana

2K 563 67
                                    

"Aku rasa sebaiknya kau mulai berhenti bekerja di sana dan tinggal di rumahku saja. Lagipula kuliahmu sudah hampir selesai kan? Jadi kau tidak perlu sering-sering pergi ke kampus."

Ana tersenyum mendengar ucapan Beatrice itu. Hari ini ia meminta ijin untuk tidak bekerja di rumah Beatrice karena atasannya dari restoran memintanya bekerja sejak pagi. Restoran telah di booking untuk acara makan siang bisnis.

"Aku hanya di restoran sampai pukul tiga sore. Setelah itu aku akan ke rumahmu dan bekerja sampai malam."

"Omong kosong! Setelah bekerja kau harus pulang dan beristirahat, Nak. Tidak usah kemari. Kau pikir dirimu itu robot?"

Itu suara Adam.

Kini Ana terkekeh. "Di mana Tyler?"

"Dia belum datang. Justin bilang, hari ini dia ke kantor agak siang."

"Baiklah, Beatrice. Aku harus berangkat sekarang untuk mengejar busku. Terima kasih sudah memberikanku libur."

"Hati-hati, Nak! Perhatikan langkahmu! Jangan melamun di jalanan."

Ana kembali terkekeh mendengar pesan Adam, lalu mengucapkan terima kasih lagi dan menutup teleponnya. Mereka berdua sudah tahu bagaimana kebiasaannya saat berjalan, dan ia merasa sangat terharu atas perhatian mereka berdua. Rasanya sudah sangat lama tidak ada orang yang memperhatikannya seperti itu. Sudah terlalu lama ia menjadi seorang gadis mandiri.

Sejujurnya, ia merindukan Dad. Jika Dad masih hidup, tentu Dad yang akan memberi perhatian itu padanya.

Sudah lama sekali rasanya ia tidak pulang dan mengunjungi makam Dad dan Mom. Mungkin, akhir minggu depan ia bisa meminta ijin lagi pada Beatrice untuk libur, dan pulang sebentar mengunjungi makam orang tuanya.

"Ana, awas!"

Tangan kurus menarik lengannya hingga membuat Ana menoleh sembari menyeringai pada sahabatnya, Cassandra. Seorang pesepeda meluncur dengan cepat di tempat tadi Ana berjalan. Pria itu melotot pada Ana.

"Melamun lagi, hmm?" Gadis berambut pirang itu menatapnya tajam, lalu berjalan di sampingnya sambil tetap menggamit lengan Ana.

Cassandra, atau Ana biasa memanggilnya Cassie, adalah sahabatnya yang tinggal tidak jauh dari flat Ana.

Gadis pirang, langsing, seksi, dan sangat cantik. Sungguh jauh berbeda dengan dirinya. Cassie adalah gadis yang enerjik dan juga ramah. Para pria sangat menyukainya. Cassie juga bekerja di restoran yang sama dengannya.

Mereka berkenalan ketika Cassie menyelamatkannya dari pesepeda yang mengebut, persis seperti yang ia lakukan tadi, dan hal itu seperti menjadi kebiasaan Cassie untuk menyelamatkannya karena Ana sering sekali melamun di jalanan.

Cassie juga yang meminta bosnya di restoran agar menerima Ana bekerja di sana, meskipun Ana tahu pria itu sebenarnya enggan untuk menerimanya.

"Aku hanya sedang memikirkan sesuatu," jawabnya sambil tersenyum.

Cassie memutar bola matanya. "Memikirkan sesuatu itu bisa kau lakukan selain di jalanan yang berbahaya seperti ini."

"Pikiran itu hanya mendadak datang."

Tidak ada jawaban dari Cassie karena bus yang mereka tumpangi sudah datang.

"Bagaimana pekerjaanmu di rumah sepasang lansia itu?" tanya Cassie ketika mereka duduk di dalam bus.

"Mereka bukan lansia! Mereka berdua masih sangat enerjik. Coba saja kau lomba lari dengan Beatrice. Aku yakin dia akan mengalahkanmu."

Cassie terkikik. "Mereka baik padamu kan?"

Cinta Duda Seksi & Pengasuh KikukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang