Bagian 9 ⭒࿈⭒ Waktu Berdua

77 39 88
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tok tok tok

Suara ketukan pintu, membuat Fitri yang tengah berada di dapur rumahnya jadi terlonjak kaget. Gadis itupun buru-buru beranjak ke pintu utama dan membukanya.

"Lama banget bukainnya."

Fitri menyambut kedatangan Fian dengan senyum bahagianya. Ia segera mengamit lengan sang suami dan menyeretnya ke dalam. Dalam hati Fian jadi bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat istrinya jadi tampak bahagia seperti saat ini. Ia juga baru menyadari kalau suasana rumah begitu sepi sekarang.

"Ke mana semua orang?"

Fitri mengambil alih tas kerja Fian dan membawanya ke dalam kamar. "Lagi ke rumah Nenek Buyut. Beliau sakit katanya, dan kita disuruh jagain rumah."

Fian menganggukkan kepalanya mengerti. Pria itu buru-buru melepaskan pakaian atasnya dan melemparkannya ke dalam keranjang. Lalu mengambil handuk yang tersampir di atas lemari dan segera melesat ke kamar mandi. Meninggalkan Fitri yang menatap punggung kokoh suaminya dengan kedua pipi yang sudah memerah.

Plak

"Astaga! Mikir apa sih, aku?!"

Sepertinya ia harus membersihkan otaknya sebelum mulai berpikir aneh-aneh lagi. Bukan karena apa, tapi Fian itu memang benar-benar menggoda dari segi manapun.

"Sayang! Tolong siapin baju ganti buatku, dong!"

Seruan berat Aldiano Lutfiansyah yang berasal dari kamar mandi itu semakin membuat pikiran Fitriana Ayodya berkeliaran ke mana-mana. Dengan wajah yang semakin memerah, buru-buru Fitri membuka lemari pakaian dan menyiapkan baju ganti untuk Fian. Meletakkannya di atas ranjang dan bergegas kembali ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Mengingat Fian yang baru pulang bekerja, pasti suaminya itu sudah sangat lapar sekarang.

Sementara itu di kamar mandi, Fian tengah mematut dirinya di depan cermin. Dipandanginya pantulan dirinya di dalam sana. Rahang yang tegas, alis tebal, dan bibir penuh. Jangan lupakan hidungnya yang mancung. Begitu tampan makhluk ciptaan Tuhan yang berada di sana. Seringai kecil terbit di bibir laki-laki yang masih saja mengagumi tampilan dirinya di depan cermin.

"Ternyata aku ganteng juga," gumam Fian dengan percaya dirinya. Kekehan kecil terdengar kemudian. Laki-laki yang masih mengenakan celana bahannya itu mulai mengambil gayung dan membasahi tubuh beserta celananya dengan air. Begitu seterusnya hingga lima kali guyuran.

Otaknya kembali teringat kejadian di pabrik tadi. Saat dirinya tidak sengaja melihat atasannya marah-marah dengan seseorang di telepon untuk yang kesekian kalinya di hari itu. Fian tidak sengaja mendengarnya, soal uang penjualan kalau tidak salah. Entahlah, ia pun juga tidak terlalu mengerti dengan maksud perkataan bosnya.

Namun entah kenapa ...

Itu terus mengganggu pikirannya akhir-akhir ini.

"Hm, apakah aku harus menyelidikinya?"

Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang