•
•
•"Mas, aku ingin kita keluar dari rumah. Kita pindah dan mencari rumah sendiri. Sewa pun tak apa-apa, asalkan bisa punya tempat tinggal sendiri."
Kalimat itu masih terngiang-ngiang di otak Aldiano Lutfiansyah sekarang. Ia juga sadar kalau seharusnya ia sudah keluar dari rumah ini setelah menikah. Karena permintaan sang ibu lah yang membuatnya memilih bertahan sampai sekarang. Namun, bila sang istri sudah berkata demikian, ia harus berusaha untuk memenuhinya.
Tapi di mana mencari rumah kontrakan murah di sekitar sini?
Aldiano Lutfiansyah termenung di ruang tamu dengan pikiran yang terus berkelana ke sana-kemari. Hingga dirinya sampai tidak sadar kalau melamun. Tatapannya tampak terpaku pada kipas putih di sudut ruangan. Menatap kipas itu seolah-olah ada hal yang menarik dari benda mati tersebut.
Tak lama setelahnya, Sajidah yang baru datang dari arah Dapur memicingkan netranya ke arah sang adik yang termenung dalam pikirannya. Ia melambaikan tangannya tepat di depan wajah Fian, berusaha untuk menyadarkan laki-laki tersebut.
"Hei! Kau sedang melakukan apa? Awas kesambet, loh!"
Fian tersentak. Manik sekelam malamnya langsung bergulir ke asal suara dan mendapati sang kakak perempuan yang tengah berdiri di dekat pintu. Alisnya langsung menukik tajam seolah tidak suka dengan keberadaan sang kakak.
"Apa sih, Mbak?"
"Kamu itu daritadi ngelamunin apa?" tanya Sajidah sembari bersedekap.
Fian tak langsung menjawab, melainkan kembali terlarut dalam pikirannya. Hingga teguran Sajidah kembali menyadarkannya.
"Eh! ditanyain kok malah ngelamun lagi? Kamu dengerin Mbak ngomong nggak, sih?!" seru wanita yang saat itu memakai setelan baju batik berwarna hijau lumut. Pipi Sajidah terlihat memerah lantaran merasa marah dan kesal pada adiknya tersebut.
"Dengerin, kok! Aku hanya memikirkan suatu hal," ujar Fian sembari menyugar rambutnya ke belakang. Sudah hampir tiga bulan lamanya sejak terakhir kali ia memotong rambutnya tersebut. Rasa-rasanya jadi semakin panjang saja sekarang.
Sajidah mengernyitkan alisnya. "Ohh, ya? Apa itu? Apakah sangat penting?" tanyanya bertubi-tubi. Sepertinya ibunda dari Maulida itu tampak sangat penasaran sekarang. Terbukti dari yang awalnya berdiri di dekat pintu, kini Sajidah berpindah tempat, tepat di samping sang adik. Menopang dagu seraya menatap lekat-lekat pada sosok Aldiano Lutfiansyah yang tampak kesal.
"Kenapa dengan ekspresimu itu?" tanya Sajidah kala menyadari tatapan kesal sang adik padanya.
"Mbak kok jadi kepo sama urusan aku, sih?" Fian memutar bola matanya saat melihat ekspresi menggoda dari sang kakak. "Nggak usah mikir yang aneh-aneh deh, Mbak. Ini memang sesuatu yang penting. Akan tetapi, aku tidak akan memberitahukannya padamu." Seringai puas langsung terbit di bibir Fian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajawali Ayodhya ✔
RomansGenre : Comedy - Romance Tema : Marriage Life ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅ . Menikah atas dasar cinta memang menjadi impian semu...