Bagian 76 ⭒࿈⭒ Keantusiasan Keluarga

12 2 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Fida, ke sini sebentar. Ibu ingin bertanya," panggil Nyonya Anetta pada sang anak bungsu yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya tersebut. Tentu saja Mufidah langsung berdiri dan menghampiri sang ibu.

"Ada apa, Ibu?" tanyanya.

Nyonya Anetta berujar dengan suara yang sangat pelan kemudian. "Mbak kamu beneran hamil?"

Mufidah mengernyitkan kedua alisnya lantaran merasa bingung akan pertanyaan sang ibunda. "Mbak Fitri? Iya, dia hamil. Ibu sudah tahu itu, 'kan?"

"Ya, Ibu sudah tahu. Hanya mencoba memastikannya lagi. Rasanya Ibu masih belum percaya saja," alibi Nyonya Anetta. Ia hanya tidak ingin putri bungsunya itu jadi curiga dan berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Wanita paruh baya yang saat itu tengah mengerjakan rajutannya tersebut mencoba mengorek informasi tentang kehamilan putri keduanya pada sang putri bungsu.

"Oalah, Fida pikir ada apa. Kenapa nggak tanya langsung sama Mbak Fitri aja? Bukannya Ibu sendiri juga belum ke pasar sama sekali beberapa hari ini?"

"Tidak, Ibu harus mengerjakan rajutan ini. Biarlah Mbakmu saja yang menjaga toko," tutur Nyonya Anetta sembari melanjutkan rajutan topinya yang baru setengah jadi tersebut. Ibunda dari Fitri itu tampak begitu serius dengan pola rajutan yang dibuatnya saat ini. Mengingat itu adalah pesanan salah satu tetangganya yang meminta untuk dibuatkan topi rajut.

Fida menghela napas sejenak dan beranjak kembali ke tempatnya untuk melanjutkan tugas sekolahnya. "Ya ... kalau mau, Ibu tinggal ke toko saja dan tanya langsung ke Mbak Fitri."

"Iyaa, Ibu akan ke toko dan menanyakannya langsung besok."

Kedua Ibu dan anak tersebut sama-sama mengulas senyum. Bedanya, senyuman Nyonya Anetta itu adalah senyuman sinis. Akan tetapi, Mufidah sama sekali tidak menyadari akan hal itu lantaran lampu yang memang temaram, dan ia yang harus segera menyelesaikan tugasnya. Hanya wanita paruh baya tersebut yang tahu akan apa yang ada di pikirannya saat ini.

⭒࿈⭒

Sementara itu di rumah orang tua Fian, Sajidah sedang bersiap-siap saat ini. Mendandani Maulida dan dirinya sendiri di dalam kamar, karena ia akan pergi ke pasar hari ini. Tentu saja untuk menemui sang adik ipar tercinta. Ia tidak sendiri, bersama Sara Mona juga. Karena setelah mendengar kabar kalau Fitri hamil, ia dan Sara begitu senang. Ia sangat tidak sabar akan hadirnya bocah kecil  pada sembilan bulan mendatang.

"Sara! Sudah siap belum?! Jangan lama-lama dandannya!" pekik Sajidah sembari memasangkan selendang pada Maulida. Balita itu sangat tenang dan tidak rewel kali ini, hanya bermain dengan kotak musik yang sengaja Sajidah putar untuk menemani bermain sang anak. Maulida sama sekali tidak terusik dengan teriakan yang saling bersahutan antara ibu dan bibinya tersebut.

"Iya! Sebentar lagi, Mbak! Aku sedang mencari sepatuku!" balas Sara Mona dari arah dapur. Gadis yang sudah selesai dengan acara berdandannya itu tengah mencari sepatunya yang entah berada di mana sekarang.

Rajawali Ayodhya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang